Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Aksi penolakan terhadap rancangan undang-undang ekstradisi mulai berdampak terhadap perekonomian Hongkong. Mengutip Reuters pada Senin (5/8), jumlah pariwisata Hong Kong sudah turun.
Selain itu, tingkat hunian hotel merosot ketika aksi pemogokan umum yang melibatkan 14.000 pekerja dari 20 sektor usaha melumpuhkan transportasi. Hal ini menyebabkan lebih dari 200 pembatalan penerbangan dan membuat kota terhenti.
Baca Juga: Mata uang China anjlok ke level terendah dalam satu dekade, siap perang mata uang?
Padahal perekonomian Hongkong saat ini tertekan aksi demo dan perang Dagang AS-China. Tecermin dari Indeks Pembelian Manajer terbaru IHS Markit untuk Hong Kong menunjukkan aktivitas bisnis sektor swasta turun ke level terendah dalam satu dekade.
Pesanan baru produk lokal juga mengalami kontraksi terbesar sejak Maret 2009, data menunjukkan.
Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan pada hari Senin perekonomian kota menghadapi tekanan besar ke bawah. Benchmark Hang Seng Index turun 3%, melampaui kerugian di pasar Asia lainnya.
Baca Juga: Huawei segera merilis ponsel dengan sistem operasi buatan sendiri
Pelemahan ekonomi ini, seiring dengan upaya kepolisian menangkap 44 orang setelah bentrokan kekerasan semalam. Kala itu, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang bergerak cepat melintasi kota dalam aksi-aksi flash mob.
Demonstran mengepung kantor polisi di seluruh kota selama akhir pekan, menyemprot dinding dengan grafiti dan memecahkan jendela. Beberapa membakar troli tempat sampah dan papan kayu dan mendorongnya ke arah barisan polisi.
Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kekerasan itu meningkat dengan cepat dan situasinya melonjak tak terkendali.
Baca Juga: Trump memainkan permainan yang berbahaya dengan ekonomi Amerika Serikat dan dunia
Protes yang menutup kantor pemerintah, memblokir jalan dan mengganggu bisnis, menimbulkan tantangan politik terbesar bagi bekas jajahan Inggris sejak kembali ke pemerintahan Cina pada tahun 1997.
Jutaan orang telah turun ke jalan untuk melampiaskan kemarahan dan frustrasi pada pemerintah kota, menghadirkan tantangan populer terbesar bagi pemimpin Tiongkok Xi Jinping sejak ia berkuasa pada 2012.
Pemerintah sejauh ini menolak untuk menyetujui tuntutan utama para pemrotes, yang mencakup penarikan lengkap RUU ekstradisi dan penyelidikan independen terhadap penanganan pemerintah terhadap krisis bola salju.
Baca Juga: Harga minyak tertekan bayang-bayang perang dagang