Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Raksasa teknologi dan hiburan Jepang, Sony, menaikkan proyeksi laba operasional tahun fiskal 2025 sebesar 4% menjadi ¥1,33 triliun (US$ 9,01 miliar).
Kenaikan ini mencerminkan ekspektasi bahwa dampak dari perang dagang yang dipicu Presiden AS Donald Trump akan lebih kecil dari perkiraan sebelumnya.
Sony kini memperkirakan dampak tarif hanya sebesar ¥70 miliar, turun dari estimasi sebelumnya sebesar ¥100 miliar pada bulan Mei.
Baca Juga: Sony Umumkan Spin-Off Divisi Keuangan demi Transformasi Besar-besaran
Estimasi ini didasarkan pada tarif yang berlaku per 1 Agustus, meskipun Sony menegaskan bahwa situasinya masih sangat dinamis.
Sejumlah perusahaan Jepang lainnya, seperti Honda Motor, juga memangkas estimasi kerugian akibat tarif setelah tercapainya kesepakatan dagang antara Jepang dan Amerika Serikat pada bulan lalu.
Sony juga menyampaikan bahwa prospek keuntungan unit bisnis gim (games) semakin kuat, ditopang oleh peningkatan penjualan layanan jaringan dan kurs yen yang menguntungkan.
Dulunya dikenal sebagai produsen elektronik konsumen seperti pemutar kaset portabel Walkman, Sony kini menjelma menjadi raksasa hiburan global yang mencakup bisnis gim, film, musik, serta menjadi salah satu produsen sensor gambar terkemuka untuk smartphone.
Baca Juga: Impor Batubara China Turun 23% pada Juli, Pasokan Domestik Berlimpah
Perusahaan melaporkan kenaikan laba operasional sebesar 36,5% menjadi ¥340 miliar untuk kuartal April–Juni, melampaui konsensus delapan analis yang disurvei oleh LSEG, yakni sebesar ¥288 miliar.
Saham Sony langsung melonjak 5% usai pengumuman kinerja keuangan yang disampaikan saat jeda perdagangan siang di bursa Tokyo.
Sony mencatat penjualan 2,5 juta unit konsol PlayStation 5 (PS5) pada kuartal pertama, naik 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Laba operasional dari bisnis gim lebih dari dua kali lipat menjadi ¥148 miliar, didorong oleh lonjakan penjualan layanan jaringan dan gim pihak ketiga.
Industri konsol sempat diproyeksi mendapat dorongan signifikan dari peluncuran Grand Theft Auto VI (GTA 6) tahun ini. Namun, perilisan gim populer tersebut ditunda hingga 2026.
Baca Juga: Bursa Asia Menguat, Dolar Melemah Seiring Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Penundaan ini membuka peluang bagi pesaing seperti Nintendo, yang pekan lalu melaporkan tingginya permintaan awal untuk perangkat Switch 2 generasi terbaru mereka.
Di lini bisnis lain, Sony tengah bersiap mengurangi kepemilikan sahamnya di unit keuangan menjadi di bawah 20% melalui skema spin-off sebagian. Unit bisnis ini dijadwalkan melantai di Bursa Tokyo pada 29 September mendatang.