Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Kamis (7/8/2025), dipimpin oleh reli saham teknologi dan optimisme terhadap prospek pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Saham-saham Jepang mencetak rekor tertinggi baru, mengikuti sentimen positif dari Wall Street dan laporan keuangan korporasi yang solid.
Baca Juga: IHSG Naik 0,61% di Awal Perdagangan Kamis (7/8), Saham AMMN dan MEDC Pimpin Kenaikan
Ekspektasi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perang di Ukraina turut menopang sentimen pasar.
Prospek diplomasi ini memberikan dorongan bagi euro, namun di sisi lain menekan harga minyak karena pelaku pasar mempertimbangkan dampak sanksi terhadap Rusia.
Poundsterling stabil di posisi tertinggi satu pekan menjelang keputusan suku bunga Bank of England (BoE) pada hari ini.
BoE diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, dengan perhatian tertuju pada kemungkinan perpecahan pandangan di internal dewan.
Sementara itu, pelaku pasar cenderung mengabaikan ancaman tarif baru dari Trump, termasuk tarif tambahan 25% terhadap India atas pembelian minyak Rusia dan rencana tarif 100% terhadap produk chip.
Baca Juga: Bursa Asia Dibuka Variatif Kamis (7/8) Pagi, Trump Ancam Kenakan Tarif Chip 100%
Bursa Asia Menguat
Indeks Topix Jepang naik 0,9% ke rekor tertinggi sepanjang masa, diikuti indeks Nikkei yang juga menguat dalam persentase serupa.
Bursa Taiwan melonjak 2,3% ke level tertinggi dalam lebih dari setahun. Indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,6%, Hang Seng Hong Kong naik 0,4%, dan indeks saham unggulan China daratan naik 0,3%.
Sebaliknya, saham Australia sedikit melemah setelah mencetak rekor tertinggi pada sesi sebelumnya.
Kontrak berjangka indeks saham AS juga menunjukkan penguatan, dengan futures S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 0,3%. Pada Rabu, S&P 500 ditutup naik 0,7% dan Nasdaq menguat 1,2%.
"Wall Street tampaknya telah kembali menemukan momentumnya," tulis analis Capital.com Kyle Rodda. Namun, ia mengingatkan bahwa risiko penurunan tetap mengintai.
"Data ekonomi resmi belakangan ini cenderung mengecewakan. Selain itu, valuasi saham sudah sangat tinggi, dan ketidakpastian dagang masih ada."
Baca Juga: Trump Ancam Tarif 100% untuk Chip Impor, Kecuali Diproduksi di AS
Dolar Melemah, Emas Naik
Dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama seiring meningkatnya ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed.
Ekspektasi ini didorong oleh lemahnya data ekonomi, termasuk laporan ketenagakerjaan Jumat lalu, serta langkah Trump untuk menempatkan sosok-sosok dovish di jajaran Dewan Gubernur The Fed.
Saat ini perhatian pasar tertuju pada calon pengganti anggota Dewan Gubernur The Fed dan kandidat Ketua The Fed berikutnya, mengingat masa jabatan Jerome Powell akan berakhir pada Mei mendatang.
Indeks dolar AS naik tipis ke 98,245 setelah sempat turun 0,6% pada Rabu. Euro stagnan di US$ 1,1657, setelah menguat 0,7% sehari sebelumnya. Poundsterling juga stabil di US$ 1,3356.
Baca Juga: Korea Selatan: Samsung dan SK Hynix Tidak Akan Kena Tarif Chip 100% dari AS
Bank of England diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk kelima kalinya dalam 12 bulan terakhir, namun kekhawatiran inflasi membuat arah kebijakan selanjutnya tidak pasti.
Dua anggota Komite Kebijakan Moneter diprediksi mendorong pemangkasan setengah poin, sementara dua lainnya mungkin mengusulkan agar suku bunga tidak diubah.
Dolar AS naik 0,1% terhadap yen menjadi 147,53 yen.
Sementara itu, harga emas menguat 0,4% menjadi sekitar US$ 3.382 per ons, didukung oleh pelemahan dolar.
Harga Minyak Bangkit Tipis
Harga minyak mentah sedikit pulih dari tekanan pada Rabu, ketika Brent dan WTI masing-masing turun sekitar 1%.
Minyak Brent naik 20 sen atau 0,3% menjadi US$ 67,09 per barel, sementara minyak mentah WTI AS naik 22 sen atau 0,3% menjadi US$ 64,57 per barel.