Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hujan ekstrem yang melanda berbagai wilayah di China sejak awal musim banjir telah menyebabkan kerusakan jalan senilai lebih dari 16 miliar yuan (sekitar Rp36,5 triliun), menurut pernyataan Kementerian Transportasi China pada Rabu (27/8).
Angka ini menyoroti bagaimana risiko iklim semakin membebani keuangan publik di tengah ekonomi yang sedang lesu.
Kerusakan Meluas di Lebih dari Dua Pertiga Wilayah Administratif
Juru bicara Kementerian Transportasi, Li Ying, menjelaskan bahwa estimasi awal tersebut mencakup kerusakan infrastruktur jalan di 23 provinsi, wilayah otonomi, dan kotamadya—lebih dari dua pertiga total wilayah administratif China.
Baca Juga: Laba Industri China Turun Tiga Bulan Berturut-turut pada Juli 2025
Musim banjir secara resmi dimulai pada 1 Juli, menurut Kementerian Sumber Daya Air China, dan telah membawa curah hujan dengan intensitas tertinggi baik di utara maupun selatan negeri itu.
Dana Darurat untuk Perbaikan Jalan
Sejauh ini, sekitar 540 juta yuan subsidi darurat telah dialokasikan oleh Kementerian Transportasi dan Kementerian Keuangan untuk membantu pemerintah daerah melakukan perbaikan awal. Selain itu, pemerintah pusat telah menyalurkan 5,8 miliar yuan pendanaan baru sejak April untuk berbagai upaya penanggulangan bencana.
Menurut data Kementerian Manajemen Darurat China, pada bulan Juli saja, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan kekeringan menimbulkan kerugian ekonomi langsung sebesar 52,2 miliar yuan.
Baca Juga: 10 Pasar Saham Terbesar di Dunia: AS Memimpin, China Tertinggal Jauh
Tekanan Tambahan pada Keuangan Daerah
China saat ini menghadapi tantangan serius dalam hal pembiayaan bencana. Pemerintah daerah yang sudah terbebani oleh utang triliunan dolar dinilai tidak siap menyerap kerugian tambahan akibat perubahan iklim.
Kondisi ini menambah tekanan pada pemerintah lokal yang harus tetap menyediakan layanan publik, mendukung perusahaan daerah, serta menciptakan lapangan kerja di tengah perlambatan ekonomi.