Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
HONG KONG. Keinginan Li Ka-shing mengakuisisi O2 lewat perusahaannya Hutchison Whampoa Ltd bakal terwujud. Miliarder asal Hong Kong ini berhasil menggandeng investor dari Singapura, Uni Emirat Arab, dan Kanada, untuk membantu pendanaan Hutchison Whampoa membeli perusahaan telekomunikasi itu senilai £ 10,25 miliar.
Investor yang setuju mengikat tali kerjasama dengan Hutchison adalah: Singapura GIC Pte, The Abu Dhabi Investment Authority, dan Canada Pension Plan Investment Board. Ketiganya siap mengeluarkan duit total sebesar £ 2,8 miliar untuk tambahan Hutchison membeli O2, operator telekomunikasi terbesar kedua di Inggris Raya. Bagi Li, perkongsian dengan ketiga investor tersebut tentu akan menguntungkan dirinya berupa keringanan dana pembelian O2, sembari memperluas pasar di Eropa.
"Ini adalah permainan yang sangat cerdas," kata Francis Lun, CEO Geo Securities Ltd, Hong Kong, ke Bloomberg.
Info saja, Hutchison, operator telekomunikasi dengan merek dagang 3, awal tahun ini setuju membeli O2 dari tangan Telefonica AS, perusahaan telekomunikasi asal Spanyol. Telefonica SA mengharapkan transaksi ini rampung pada Juni 2016. Setelah aksi korporasi ini kelar, Hutchison bakal memiliki 30 juta pelanggan.
Sebab, dengan pembelian O2, mereka otomatis akan merebut 44% pangsa pasar seluler di Inggris, sekaligus menjadi operator telekomunikasi terbesar di negeri Ratu Elizabeth II. Dan, kabar Li mendapat suntikan dana untuk membeli 02 membuat saham Hutchison menguat 2% menjadi HK$ 111,70 dalam perdagangan kemarin di bursa Hong Kong.
Dari awal tahun, saham Hutchison sudah naik 25%. Sejak krisis keuangan tahun 2008, Li telah membelanjakan miliaran dolar Amerika Serikat untuk membeli perusahaan Eropa, termasuk perusahaan telekomunikasi, air, dan pengolahan limbah.
Orang terkaya Hong Kong ini mengincar perusahaan yang nilainya relatif murah tapi dengan cash flow yang stabil. Sejatinya, Hutchison sudah masuk pasar Eropa sejak 1994 silam, dengan meluncurkan Orange di Inggris. Lima tahun kemudian, bisnis itu dijual untuk menggalang dana bagi investasi baru.
Lalu, di awal 2000-an, Hutchison merogoh kocek US$ 25 miliar untuk membangun jaringan 3G di beberapa negara Eropa.