kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ikut jejak AS, Australia tolak klaim China di Laut China Selatan


Sabtu, 25 Juli 2020 / 18:29 WIB
Ikut jejak AS, Australia tolak klaim China di Laut China Selatan
ILUSTRASI. USS Bunker Hill bergerak ke posisi untuk melakukan serial latihan menembak bersama dengan kapal perang Australia HMAS Parramatta selama transit baru-baru ini di Laut China Selatan, dalam foto selebaran 14 April 2020.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Australia bergabung dengan Amerika Serikat (AS) menyatakan, klaim China di Laut China Selatan tidak mematuhi hukum internasional, deklarasi yang kemungkinan akan membuat marah Beijing.

AS bulan ini menolak klaim China atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan, yang menuai kritik dari China dengan mengatakan posisi Washington meningkatkan ketegangan di kawasan itu.

Australia, dalam sebuah deklarasi yang mereka ajukan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (24/7), menyatakan mereka juga menolak klaim maritim China di sekitar pulau-pulau yang diperebutkan di Laut Cina Selatan. Sebab, tidak konsisten dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut. 

Baca Juga: China perintahkan penutupan, staf Konsulat AS di Chengdu mulai kosongkan kantor

"Australia menolak klaim China untuk hak bersejarah atau hak dan kepentingan maritim sebagaimana ditetapkan dalam praktik panjang sejarah di Laut China Selatan," kata Australia dalam deklarasi yang mereka ajukan ke PBB seperti dikutip Reuters.

Australia juga mengatakan, tidak menerima pernyataan China bahwa kedaulatannya atas Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly "mendapat pengakuan secara luas dari masyarakat internasional", mengutip keberatan dari Vietnam dan Filipina.

Cina mengklaim 90% perairan yang berpotensi kaya energi, tetapi Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagiannya di Laut China Selatan.

Perdagangan dengan nilai mencapai US$ 3 triliun melewati Laut China Selatan setiap tahun. China telah membangun pangkalan di atas atol di wilayah tersebut tetapi mengatakan niatnya damai.

Baca Juga: Tegang, sekelompok orang didampingi pejabat AS paksa masuk Konsulat China di Houston

Australia telah lama mengadvokasi kebebasan navigasi di Laut China Selatan, dan untuk semua negara yang mengklaim perairan tersebut untuk menyelesaikan perbedaan mereka sesuai dengan hukum internasional.

Posisi yang lebih blak-blakan atas klaim China datang dari Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Dia mengatakan pada bulan ini, China tidak menawarkan dasar hukum yang koheren untuk ambisinya di Laut China Selatan dan selama bertahun-tahun telah melakukan intimidasi terhadap negara-negara di kawasan itu.

Dunia tidak akan membiarkan China memperlakukan Laut China Selatan sebagai kerajaan maritimnya, kata Pompeo, seraya menambahkan, AS akan mendukung negara-negara yang percaya China telah melanggar klaim maritim mereka.

Baca Juga: Sungai Mekong, arena konflik baru AS dengan China

AS telah lama menentang klaim teritorial China yang luas di Laut China Selatan, dan mengirimkan kapal perang secara teratur melalui jalur air strategis di kawasan itu untuk menunjukkan kebebasan navigasi.

Deklarasi Australia mengenai klaim China datang ketika menteri luar negeri dan menteri pertahanannya bersiap untuk melakukan perjalanan ke Washington untuk menghadiri forum bilateral pada 28 Juli nanti.

Ketegangan diplomatik antara China dan Australia baru-baru ini memburuk atas berbagai masalah, termasuk desakan Australia untuk penyelidikan internasional terhadap virus corona baru yang muncul di Kota Wuhan, China, akhir tahun lalu.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×