Sumber: NDTV | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komet antarbintang misterius 3I/ATLAS yang ditemukan pada 1 Juli lalu mulai menarik perhatian para ilmuwan. Sebelumnya, hanya dua objek antarbintang lain yang diketahui pernah melintasi tata surya kita, yakni ‘Oumuamua pada 2017 dan 2I/Borisov pada 2019.
Meskipun NASA menegaskan bahwa 3I/ATLAS tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi, para peneliti telah mengidentifikasi kawasan yang berpotensi memiliki risiko lebih tinggi apabila suatu hari objek antarbintang (interstellar objects/ISOs) benar-benar menghantam planet kita.
Studi: Khatulistiwa Lebih Rentan Terhadap Tumbukan
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa wilayah berlintang rendah dekat khatulistiwa lebih rentan terhadap potensi tumbukan ISOs. Objek-objek misterius ini berasal dari luar tata surya dan dapat memasuki jalur yang memungkinkan benturan dengan Bumi.
Penelitian yang dipimpin oleh Darryl Seligman dari Michigan State University menggunakan simulasi untuk memodelkan perilaku dan lintasan ISO. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa wilayah Bumi terekspos risiko lebih tinggi dibanding yang lain.
Baca Juga: Komet Antarbintang 3I/ATLAS Dekati Matahari, Si Tamu Tertua dari Galaksi Jauh
“Dalam makalah ini, kami menghitung elemen orbit, arah datang (radiants), dan kecepatan objek antarbintang yang berpotensi menghantam Bumi,” tulis laporan penelitian yang dipublikasikan di arxiv.org.
Situs Universe Today melaporkan bahwa analisis ini belum menghitung jumlah pasti ISO karena tidak ada batasan data mengenai populasi objek tersebut.
Berbasis Kinematika Bintang M
Untuk penelitian ini, para ilmuwan menggunakan pendekatan yang disebut kinematika bintang-M. Bintang-M atau red dwarf merupakan jenis bintang paling umum di Galaksi Bima Sakti.
“Pilihan ini memang agak arbitrer karena kinematika objek antarbintang sebenarnya belum memiliki batasan yang jelas,” tulis tim peneliti.
Lebih Berisiko di Belahan Bumi Utara
Studi tersebut menemukan bahwa wilayah di lintang rendah dekat khatulistiwa memiliki tingkat paparan tertinggi, dengan kecenderungan sedikit lebih besar pada Belahan Bumi Utara, tempat sekitar 90% populasi dunia tinggal.
Penelitian juga menunjukkan bahwa ISOs dua kali lebih mungkin datang dari dua arah utama:
-
Solar apex – arah gerakan Matahari saat mengorbit Bima Sakti
-
Bidang galaksi (galactic plane) – wilayah padat bintang di mana sebagian besar materi galaksi berada
Baca Juga: Komet 3I/ATLAS: Tamu Purba, Lebih Tua dari Tata Surya Kita
Musim Mempengaruhi Risiko
Studi ini juga mencatat bahwa:
-
Tumbukan berkecepatan tertinggi kemungkinan terjadi saat musim semi, ketika Bumi bergerak menuju solar apex.
-
ISOs yang mencapai Bumi cenderung memiliki kecepatan lebih lambat sehingga lebih mudah tertarik oleh gravitasi Matahari.
-
Secara umum, tumbukan lebih mungkin terjadi pada musim dingin, ketika posisi Bumi berada di arah antapex, kebalikan dari arah gerak Matahari.













