Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, pada hari Senin mengatakan bahwa IMF akan terus mendesak negara-negara anggota Kelompok 20 (G20) untuk fokus pada masalah utang yang terus-menerus membebani negara-negara berkembang.
Mengutip Reuters, Selasa (14/10/2025), Georgieva, yang berbicara pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington, mengatakan dampak tarif AS tidak sedramatis yang diperkirakan, tetapi ketidakpastian tetap tinggi.
"Pertumbuhan lambat, utang tinggi, dan risiko perlambatan keuangan cukup permanen. Risiko itu ada," ujarnya.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China Kembali Memanas, Membayangi Pertemuan IMF- World Bank
Ia menambahkan bahwa negara-negara perlu jauh lebih fokus untuk menurunkan tingkat utang.
Pekan lalu, Georgieva mengungkapkan, utang publik global diperkirakan akan melampaui 100% PDB pada tahun 2029.
Georgieva mengatakan IMF bekerja sama secara intensif dengan Bank Dunia untuk membantu negara-negara yang mungkin tidak memiliki tingkat utang yang tidak berkelanjutan tetapi menghadapi masalah likuiditas yang parah, dan juga akan berusaha untuk tetap memperhatikan isu utang di G20.
"Anda akan melihat kami terus terlibat dengan G20," ujarnya.
"Kami ingin hal ini menjadi perhatian utama ... Tolong, ini prioritas."
Afrika Selatan, presiden G20 saat ini, telah menjadikan keberlanjutan utang sebagai pilar utama kepemimpinannya tahun ini. Amerika Serikat, yang akan mengambil alih kepresidenan G20 pada bulan Desember, sejauh ini belum menunjukkan minat yang besar terhadap isu ini.
Georgieva mengatakan sangat penting untuk menyadari bahwa negara-negara perlu keluar dari utang, yang menyoroti perlunya penciptaan lapangan kerja dan memastikan akses ke teknologi.
Baca Juga: IMF: Ekonomi Dunia Lebih Tangguh dari Perkiraan, Tapi Tantangan Masih Besar
Negara-negara berkembang, yang sudah terbebani tingkat utang yang tinggi, menghadapi beban tambahan akibat tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Bank Dunia pada bulan April menyatakan bahwa separuh dari sekitar 150 negara berkembang tidak mampu membayar utang atau berisiko melakukannya.
Total utang di pasar negara berkembang meningkat sebesar US$ 3,4 triliun pada kuartal kedua, mencapai rekor lebih dari US$ 109 triliun, menurut data terbaru dari Institute of International Finance.