kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IMF Desak Beberapa Bank Sentral di Asia Kerek Suku Bunga, Ini Alasannya


Jumat, 29 Juli 2022 / 13:03 WIB
IMF Desak Beberapa Bank Sentral di Asia Kerek Suku Bunga, Ini Alasannya
ILUSTRASI. IMF Desak Beberapa Bank Sentral di Asia Kerek Suku Bunga, Ini Alasannya. REUTERS/Yuri Gripas.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Dana Moneter Internasional atau IMF menyatakan, beberapa bank sentral di Asia harus dengan cepat menaikkan suku bunga untuk mencegah "spiral ke atas" dalam inflasi. Sebab, perang di Ukraina mendorong lonjakan harga bahan bakar dan makanan.

Sementara inflasi di Asia tetap "moderat" dibanding kawasan lain, beberapa negara harus bertindak cepat untuk menghindari kenaikan yang lebih besar di kemudian hari, Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, menulis dalam sebuah blog pada Kamis (28/7).

"Pada saat yang sama, kenaikan suku bunga lebih lanjut akan menekan anggaran untuk konsumen, perusahaan, dan pemerintah yang mengambil utang besar selama pandemi," kata Srinivasan, seperti dikutip Al Jazeera.

Dia mencatat, pangsa Asia dari total utang global meningkat dari 25% sebelum krisis keuangan global 2007-2008 menjadi 38% setelah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Lagi, IMF Sunat Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5,3%

Hanya, Srinivasan tidak memerinci negara mana di Asia yang harus segera menaikkan suku bunga.

Korea Selatan, Singapura, dan Filipina  telah memperketat kebijakan moneter dalam sebulan terakhir, karena peningkatan tekanan biaya hidup mendorong bank sentral untuk mengerek biaya pinjaman.

Srinivasan mengatakan, meskipun rekomendasi kebijakan akan berbeda di setiap negara, langkah-langkah, seperti intervensi valuta asing, kebijakan makroprudensial, dan manajemen aliran modal, bisa menjadi alat yang berguna bagi pemerintah untuk mengelola risiko sistemik.

"Negara-negara tidak boleh menunggu sampai terlambat, baik untuk menyesuaikan bauran kebijakan mereka jika perlu atau untuk membangun kembali penyangga pembiayaan eksternal mereka jika perlu," ujarnya.

Dia menambahkan, sebagian besar negara berkembang Asia telah mengalami arus keluar modal, dengan India khususnya melihat US$ 23 miliar keluar sejak invasi Rusia ke Ukraina.




TERBARU

[X]
×