Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) kembali menaikkan prospek untuk pertumbuhan ekonomi global. IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh 6% tahun ini, sebagian besar berkat tanggapan kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pandemi Covid-19.
Sebelumnya, pada Januari 2021 lalu, IMF sudah menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 5,2% menjadi 5,5%.
Kenaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi ini, sebagian besar mencerminkan prospek ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cerah. IMF memperkirakan, ekonomi AS bakal tumbuh 6,4% pada tahun ini, tercepat sejak awal 1980-an.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi AS itu naik 1,3 poin persentase dari proyeksi IMF sebelumnya sebesar 5,1% pada akhir Januari 2021 lalu dan hampir dua kali lipat dari perkiraan pada bulan Oktober 2020.
Baca Juga: Proyeksi Ekonomi IMF: Pertumbuhan Ekonomi RI lebih lambat dari Vietnam dan Filipina
Perkiraan IMF, jika terwujud, akan menandai laju tercepat pertumbuhan global sejak 1976.
Seperti dikutip Reuters, IMF menyebutkan, ekonomi dunia berkontraksi 3,3% pada 2020.
Outlook ekonomi dunia terbaru itu mencerminkan perbedaan dramatis antara prospek Amerika Serikat dan sebagian besar negara lainnya berkat pengeluaran bantuan pandemi senilai US$ 1,9 triliun yang baru-baru ini diberlakukan AS.
Prospek ekonomi negara maju lainnya, seperti Jerman, Prancis, dan Jepang, hampir tidak membaik sama sekali sejak Januari 2021.
Meskipun demikian, dengan peningkatan prospek AS yang besar sebagai pendorong utama, IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi negara maju menjadi 5,1% dari sebelumnya 4,3%.
Perkiraan untuk ekonomi negara emerging markets, juga agak membaik. Ekonomi emerging markets diprediksi tumbuh 6,7% tahun ini, naik hanya 0,4 poin persentase dari perkiraan di bulan Januari 2021.
"Pemulihan yang sangat cepat sedang berlangsung di semua wilayah dan di seluruh kelompok pendapatan. Namun ada perbedaan mencolok dalam kecepatan peluncuran vaksin, tingkat dukungan kebijakan ekonomi, dan faktor struktural seperti ketergantungan pada pariwisata," kata IMF dalam ringkasan laporannya.