Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JOHANNESBURG. Badan Moneter Internasional (IMF) memprediksi, perekonomian Zimbabwe mengalami kontraksi sebesar 14,1% pada 2008 lalu. Pada waktu itu, anggaran belanja masyarakat kolaps sehingga memicu tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan ke level “catastrophic” atau paling parah.
Dalam laporannya yang dirilis hari ini, antara tahun 2000 hingga 2007, perekonomian negara tersebut melorot hingga 40%. Sementara tingkat inflasi diprediksi berada pada rekor tertinggi September lalu sebesar 500 miliar%. Meski demikian, perekonomian Zimbabwe akan mengalami rebound tahun ini, dengan perkiraan kenaikan sebesar 2,8%.
Seperti yang diketahui, perekonomian Zimbabwe terus mengerucut setiap tahunnya dalam satu dekade terakhir ini. Hal ini disebabkan adanya pengambilalihan lahan pertanian oleh Presiden Robert Mugabe yang dimiliki oleh warga asing kulit putih di negara itu. Kondisi tersebut yang pada akhirnya menyebabkan tingkat ekspor tergerus. Pada akhirnya, kondisi itu menyebabkan pasokan bahan pangan, minyak dan pertukaran mata uang asing kian menyusut.
Namun pada tahun ini, Mugabe akhirnya menyetujui untuk berbagi kekuasaan dengan kelompok oposisi Movement for Democratic Change. Zimbabwe lebih membuka diri dan mulai melakukan negosiasi dengan IMF dan badan dana dunia lainnya untuk kucuran pinjaman.
“Satu dekade tingginya inflasi menyebabkan perekonomian terus memburuk sehingga memicu tingginya angka kemiskinan secara akut serta krisis kemanusiaan,” jelas IMF.
Oleh sebab itu, Executive Board IMF hari ini menyetujui untuk mencabut suspensi pemberian bantuan teknis kepada Zimbabwe. IMF juga berencana untuk membantu negara tersebut dengan sejumlah nasihat terkait kebijakan pajak, sistem pembayaran dan supervisi perbankan.
Catatan saja, saat ini, total utang Zimbabwe mencapai sekitar US$ 3,8 miliar dengan rincian US$ 133 juta merupakan utang kepada IMF dan US$ 1,1 miliar merupakan utang kepada World Bank dan African Development Bank.
IMF juga bilang, tingkat inflasi di Zimbabwe kemungkinan akan mengalami perlambatan. Hal ini terjadi setelah negara tersebut tidak lagi menggunakan dolar Zimbabwe dan menggantikannya dengan rand milik Afrika Selatan serta dolar AS.