kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   -5.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.860   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.723   44,05   0,66%
  • KOMPAS100 968   3,45   0,36%
  • LQ45 754   3,69   0,49%
  • ISSI 213   0,95   0,45%
  • IDX30 391   1,55   0,40%
  • IDXHIDIV20 471   3,02   0,64%
  • IDX80 110   0,24   0,22%
  • IDXV30 115   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 128   0,78   0,61%

India Berpotensi Jadi Negara Pertama Teken Kesepakatan Dagang dengan Amerika


Selasa, 29 April 2025 / 00:06 WIB
India Berpotensi Jadi Negara Pertama Teken Kesepakatan Dagang dengan Amerika
ILUSTRASI. Seorang pria memegang bendera India dan Amerika Serikat saat orang-orang ambil bagian dalam Parade Hari India ke-35 di New York, 16 Agustus 2015. REUTERS/Eduardo Munoz


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent mengatakan bahwa banyak mitra dagang utama AS telah mengajukan proposal yang "sangat baik" untuk menghindari tarif baru dari pemerintah AS.

Ia menyebutkan, salah satu kesepakatan pertama yang kemungkinan akan diteken adalah dengan India.

Berbicara kepada wartawan usai dua wawancara televisi pagi, Bessent mengatakan bahwa kesepakatan dagang pertama bisa saja tercapai dalam minggu ini atau minggu depan, meski ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Baca Juga: India Borong 26 Jet Tempur Rafale dari Prancis Senilai US$7,4 Miliar

Dalam wawancara di program "FOX and Friends" Fox News, Bessent menegaskan bahwa Presiden Donald Trump akan "terlibat secara langsung" dalam setiap kesepakatan dagang khusus dengan sekitar 15 hingga 18 mitra dagang penting.

Ia juga menekankan pentingnya mencapai kesepakatan prinsipil sesegera mungkin.

"Saya memperkirakan India akan menjadi salah satu kesepakatan dagang pertama yang akan kami teken," ujar Bessent kepada CNBC pada Senin (28/4)

Ia menambahkan, AS juga telah melakukan negosiasi yang substansial dengan Jepang dan pembicaraan dengan negara-negara mitra di Asia lainnya berjalan dengan baik.

Sejak menjabat, Trump telah mengguncang sistem perdagangan global melalui berbagai penerapan tarif, termasuk tarif 10% untuk sebagian besar negara (kecuali Kanada dan Meksiko) serta tarif baru sebesar total 145% untuk barang-barang dari China.

China pun membalas dengan tindakan serupa. Tarif tambahan AS terhadap puluhan negara dijadwalkan berlaku mulai 8 Juli mendatang, kecuali jika tercapai kesepakatan sebelum masa jeda 90 hari berakhir.

Seorang juru bicara Departemen Keuangan AS menolak memberikan rincian lebih lanjut terkait negosiasi yang sedang berlangsung.

Baca Juga: Terdesak Perang Dagang, Apple Pindahkan Produksi iPhone untuk Pasar AS ke India

Bessent, yang bertemu dengan puluhan pejabat selama pertemuan IMF dan Bank Dunia pekan lalu, diperkirakan akan kembali menghadapi pertanyaan tentang perundingan dagang saat ia mengikuti konferensi pers reguler Gedung Putih pada Selasa (29/4) untuk mempromosikan capaian 100 hari pertama masa jabatan kedua Trump.

"Wakil Presiden Vance berada di India minggu lalu dan melaporkan kemajuan signifikan. Saya juga menyebutkan bahwa negosiasi dengan Korea Selatan berjalan sangat baik, dan kami juga telah mengadakan negosiasi substansial dengan Jepang," tutur Bessent kepada CNBC.

Meskipun pembicaraan terus berlangsung, belum ada kesepakatan yang diumumkan sejauh ini, mencerminkan kompleksitas dalam merampungkan perjanjian dalam waktu 90 hari.

Sementara itu, India juga sedang menjajaki kesepakatan perdagangan bilateral dengan Inggris, dengan para pejabat perdagangan kedua negara menggelar dua hari pembicaraan untuk menyelesaikan negosiasi yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Dari Korea Selatan, seorang pejabat pemerintah menyatakan bahwa Seoul tidak akan menyepakati kesepakatan perdagangan komprehensif dengan Washington sebelum pemilihan presiden pada 3 Juni. Pejabat tersebut juga meragukan tercapainya kesepakatan sebelum awal Juli.

Baca Juga: Samsung Bakal Investasi US$ 117 juta untuk Fasilitas Produksi di India Selatan

Pemilu di Jepang pada Juli juga diperkirakan akan memperumit perundingan, meskipun sejumlah analis memperkirakan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Trump akan mengumumkan kesepakatan saat bertemu di KTT G7 di Kanada pada Juni mendatang.

Bessent juga mengatakan kepada CNBC bahwa langkah China baru-baru ini, yang mengecualikan beberapa produk AS dari tarif balasan, menunjukkan keinginan Beijing untuk meredakan ketegangan perdagangan.

Ia juga mencatat bahwa AS menahan diri untuk tidak meningkatkan ketegangan lebih lanjut dengan tidak memberlakukan embargo atas barang-barang tersebut.

Ketika ditanya apakah ia berencana menghubungi rekannya dari China untuk memulai kembali perundingan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut, Bessent menjawab kepada Fox News:

"Kita lihat saja nanti. Ini penting. Saya rasa posisi China tidak berkelanjutan. Jadi mungkin suatu hari mereka akan menelepon saya," ujarnya.

Sebelumnya kepada CNBC, Bessent mengatakan bahwa "semua aspek pemerintahan sedang berkomunikasi dengan China," dan menekankan bahwa upaya mengurangi ketegangan ada di tangan China, mengingat nilai ekspor China ke AS lima kali lebih besar dibandingkan ekspor AS ke China.

Selanjutnya: Pansel Calon Anggota Dewan Komisioner LPS Resmi Buka Lowongan Wakil Ketua, Berminat?



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×