kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   0,00   0,00%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Tuntutan Tak Jelas, Negara Bingung Menggelar Negosiasi dengan Amerika Serikat


Selasa, 08 April 2025 / 13:28 WIB
Tuntutan Tak Jelas, Negara Bingung Menggelar Negosiasi dengan Amerika Serikat
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump memegang dokumen 'Hambatan Perdagangan Luar Negeri. REUTERS/Carlos Barria/File Photo/File Photo


Sumber: Bloomberg | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) membuat panik seluruh dunia. Para pemimpin berbagai negara beramai-ramai mengajukan penawaran agar AS bersedia mempertimbangkan lagi tarif yang dikenakan ke negara tersebut.

Tapi kini negara-negara tersebut menghadapi ketidakpastian baru, yakni terkait kesediaan AS membuat kesepakatan. Sejumlah negara yang telah mengajukan proposal gagal mendapat kesepakatan.

Vietnam, yang dikenakan tarif 46%, menawarkan menghapus semua bea masuk sepenuhnya. Tapi penawaran ini ditolak oleh Peter Navarro, penasihat Trump yang membantu menyusun kebijakan tersebut.

Bahkan, Israel, yang merupakan mitra dekat AS, juga gagal membuat kesepakatan. Senin (7/4), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

Baca Juga: Moody’s: Kekuatan Fiskal Amerika Serikat (AS) Diprediksi Terus Melemah

AS mematok tarif 17% bagi Israel. Padahal sebelumnya Israel sudah mengumumkan menghentikan pengenaan tarif bagi semua produk impor AS. Namun Netanyahu akhirnya pulang tanpa kesepakatan.

Trump juga tidak memberikan pernyataan jelas, apa yang sebenarnya diinginkan pemerintahannya. Meskipun Israel berjanji menghilangkan defisit perdagangan dengan AS, Trump mengatakan itu tidak cukup untuk mencabut tarif.

"Jangan lupa, kami membantu menjaga Israel tetap hidup," kata Trump. Ia mengingatkan AS memberi Israel miliaran dolar tiap tahun dalam bentuk bantuan pertahanan.

Alhasil, para pemimpin negara di dunia tidak bisa mendapat gambaran jelas, apa yang sebenarnya dimaui Trump.

Sebelumnya, dalam pernyataan kepada wartawan di Air Force One, Trump sempat mengatakan setiap perjanjian harus menghilangkan deficit perdagangan bilateral.  "Bagi saya, defisit adalah kerugian, kita harus surplus, atau sejelek-jeleknya kita mencapai titik impas ," tegas Trump.

Baca Juga: Amerika Serikat Mencemaskan Kemunculan DeepSeek, Ini Alasannya

Menurut Deborah Elms, Kepala Kebijakan Perdagangan Hinrich Foundation, masalah bagi semua pemerintah adalah tidak ada yang dapat mengubah hasil rumus Trump untuk menghitung tarif.

“Anda mendapatkan angka yang Anda dapatkan, tidak peduli apakah Anda mencoba negosiasi atau tidak mencoba,” kata Elms. Ia juga melihat tuntutan AS sangat tidak konsisten, sehingga secara harfiah mustahil memenuhi semuanya.

Ogah mengalah

Menteri Keuangan Scott Bessent memberi isyarat tidak ada kesepakatan yang akan terjadi dengan cepat, meskipun lebih dari 50 negara telah menghubungi AS untuk berunding.

"Mereka telah menjadi pihak yang buruk sejak lama, Itu bukan hal yang dapat Anda negosiasikan dalam hitungan hari atau minggu," kata Bessent di NBC.

Baca Juga: Trump Tawarkan Kanada Menjadi Negara Bagian ke-51 AS Pasca Pengunduran Diri Trudeau

Sejauh ini, Trump belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalah, meskipun pasar saham di berbagai negara, termasuk AS, anjlok. Beberapa pendukungnya, termasuk Bill Ackman dari Pershing Square, mulai menentangnya.

Di Taiwan, yang punya hubungan dekat dengan AS, tarif yang tinggi mengejutkan pemerintah. Pemerintah Taiwan sempat meminta maaf karena terlambat memberi respons.

Pada hari Minggu, Presiden Lai Ching-te mengatakan Taiwan tidak akan membalas. Pemerintah Taiwan menargetkan bisa mencapai tarif nol antara Taiwan dan AS, dengan perjanjian AS-Meksiko-Kanada sebagai model untuk pembicaraan.

Di India, para pejabat merasa lega karena Trump tidak mengenakan tarif lebih besar. Negara tersebut telah berunding dengan perwakilan perdagangan AS. India menyebut telah mendapat keuntungan sebagai penggerak pertama.

Baca Juga: Tingkat Kebahagiaan Warga Amerika Serikat Jatuh ke Posisi Terendah

Satu negara yang saat ini tidak menunjukkan keinginan bernegosiasi adalah China. Kini, kedua negara terancam terjebak dalam saling balas tarif

Sampai kesepakatan apa pun tercapai, tidak ada yang tahu apa yang akan dianggap cukup oleh Trump. Mengingat AS mengalami defisit perdagangan lebih dari $1 triliun dengan dunia.

Artinya, perlu ada pembelian lebih banyak produk Amerika dari negara lain. Negara lain juga perlu lebih banyak menggunakan layanan asal AS.

Tapi ini juga sulit dilakukan. "Semua orang perlu membeli lebih banyak produk Amerika, tetapi saya bahkan tidak yakin ini mungkin, karena AS tidak memproduksi begitu banyak barang," kata Alicia Garcia Herrero, Kepala Ekonom Asia Pasifik Natixis.



TERBARU

[X]
×