kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45863,29   1,62   0.19%
  • EMAS1.361.000 -0,51%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

India Berpotensi Mengambil Mahkota China, Ini Buktinya


Selasa, 11 Juni 2024 / 09:20 WIB
India Berpotensi Mengambil Mahkota China, Ini Buktinya
ILUSTRASI. Pemerintahan Modi kemungkinan akan meningkatkan persaingan ekonomi India dengan China. Xinhua / Yan Yan


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Perdana Menteri India Narendra Modi berhasil mengamankan masa jabatan ketiga yang bersejarah sebagai Perdana Menteri India. Hal ini kemungkinan akan meningkatkan persaingan ekonomi India dengan China.

Melansir Business Insider, seperti yang ditulis oleh David Lubin, peneliti senior di lembaga pemikir Chatham House yang berbasis di London pada hari Kamis (6/6/2024), persaingan tersebut kemungkinan akan memanas karena Modi dan Presiden China Xi Jinping memiliki obsesi yang sama untuk negara mereka: kemandirian.

Modi memiliki visi untuk Viksit Bharat, atau “India Maju,” yang membuka jalan bagi raksasa Asia Selatan ini untuk menjadi negara dengan perekonomian maju pada tahun 2047.

Sementara itu, visi Xi untuk China adalah dominasi global pada tahun 2049.

“Persaingan untuk menjadi pemimpin ekonomi di Asia sedang berlangsung,” tulis Lubin.

India dan China akan fokus pada manufaktur

Untuk mencapai tujuannya, India pada masa pemerintahan Modi kemungkinan besar akan mengembangkan sektor manufakturnya secara besar-besaran.

“Mengejar kejayaan nasional, pada dasarnya, adalah permainan yang relatif, dan bagi India, perbandingan yang penting adalah dengan China,” tulis Lubin.

"Karena kemandirian adalah prioritas kebijakan bagi India dan China, obsesi terhadap manufaktur kemungkinan besar akan menyertainya,” tulis Lubin.

Baca Juga: Pemerintahan Jokowi Mewariskan Utang Jumbo Untuk Prabowo Subianto

PDB India saat ini sebesar $ 3,9 triliun jauh di belakang PDB Tiongkok yang sebesar US$ 18,5 triliun. Dan China telah menjadi basis pabrik dunia selama empat dekade terakhir. Namun kondisi yang terjadi saat ini sedang mengalami perubahan.

Perusahaan-perusahaan melakukan diversifikasi operasi mereka di luar China untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada satu negara. Di sisi lain, India menargetkan untuk menjadi China yang baru.

Mengingat India kini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia – dengan 65% penduduknya berusia di bawah 35 tahun – terdapat peluang besar bagi negara di Asia Selatan ini.

Namun, dengan hilangnya mayoritas kursi di parlemen yang dipimpin Modi, hal ini berarti akan lebih sulit bagi pemerintahannya untuk mendorong reformasi lahan dan tenaga kerja yang sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan.

Selain itu, seperti yang disampaikan oleh Raghuram Rajan, mantan kepala Bank Sentral India, kepada NPR's "Planet Money", India sedang memasuki persaingan yang ketat dengan negara-negara berkembang lainnya seperti Vietnam, Bangladesh, dan Malaysia yang juga ikut ambil bagian.

Baca Juga: Negara Pengimpor Batubara Geber Energi Terbarukan, Harga Batubara Tertekan

Rajan mengatakan India sebaiknya fokus pada industri jasa, karena negara tersebut sudah memiliki populasi berbahasa Inggris dalam jumlah besar.

Namun Delhi mengeluarkan banyak uang untuk mengejar ketertinggalan dari China. Ini termasuk insentif dan subsidi senilai lebih dari US$ 20 miliar untuk mendorong produksi di 14 sektor utama termasuk elektronik, mobil, dan baterai kendaraan listrik.




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×