Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - MUMBAI. India menetapkan kebijakan memotong pajak atas impor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi 5% dari sebelumnya 7,5%. Kebijakan ini diambil dalam rangka mengendalikan harga komoditas lokal dan membantu industri penyulingan dan konsumen domestik. India merupakan importir minyak nabati terbesar di dunia.
Mengutip Reuters, Senin (14/2), pengurangan pajak imopor atau yang dikenal sebagai Agriculture Infrastructure and Development Cess (AIDC) akan memperlebar kesenjangan antara harga CPO dan bea masuk minyak sawit olahan. Hal ini secara efektif membuat industri penyulingan di India akan lebih murah untuk melakukan impor CPO.
"Setelah pengurangan AIDC, perbedaan pajak impor antara CPO dan minyak sawit olahan akan melebar menjadi 8,25%," kata B.V. Mehta, direktur Solvent Extractors' Association of India (SEA) yang berbasis di Mumbai.
Baca Juga: Harga CPO Melambung ke RM 5.628 saat Imlek
Kebijakan ini akan membantu industri penyulingan India, tetapi pemerintah dinilai perlu meningkatkan selisihnya lebih jauh menjadi 11% untuk mendorong penyulingan lokal.
Pemerintah India juga akan memperpanjang pengurangan bea masuk dasar yang terpisah untuk minyak nabati hingga 30 September, dimana tadinya pengurangan pajak tersebut akan berakhir pada 31 Maret 2022.
Reuters melaporkan, India mengimpor lebih dari dua pertiga kebutuhan minyak nabatinya. Negara ini telah berjibaku untuk menahan kenaikan harga minyak lokal selama beberapa bulan terakhir.
India mengimpor minyak sawit terutama dari produsen utama, yakni Indonesia dan Malaysia, sementara minyak lainnya, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari didatangkan dari Argentina, Brasil, Ukraina, dan Rusia. Impor minyak sawit olahan menyumbang hampir setengah dari total impor minyak sawit India dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Indonesia's Palm Oil Export Curbs Upend Global Edible Oil Markets