CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.754   25,00   0,15%
  • IDX 8.450   43,83   0,52%
  • KOMPAS100 1.171   5,94   0,51%
  • LQ45 854   4,79   0,56%
  • ISSI 295   1,28   0,44%
  • IDX30 445   2,21   0,50%
  • IDXHIDIV20 517   2,54   0,49%
  • IDX80 132   0,72   0,55%
  • IDXV30 136   0,31   0,23%
  • IDXQ30 143   0,74   0,52%

Indikator SuperTrend Bitcoin Kirim Sinyal 'Sell': Awal Tren Bear Market?


Kamis, 20 November 2025 / 13:47 WIB
Indikator SuperTrend Bitcoin Kirim Sinyal 'Sell': Awal Tren Bear Market?
ILUSTRASI. Indikator SuperTrend Bitcoin memicu sinyal jual historis, memprediksi potensi bear market baru. Analis membahas penurunan BTC dan sentimen 'extreme fear'.


Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indikator SuperTrend pada grafik mingguan Bitcoin (BTC) memunculkan sinyal “sell”, sebuah kejadian yang secara historis kerap menjadi tanda dimulainya bear market baru.

Grafik mingguan BTC menunjukkan indikator SuperTrend berubah ke warna merah dan bergerak di atas harga pada pekan lalu. Indikator ini berfungsi melacak arah tren harga, serupa dengan moving average, namun dihitung menggunakan average true range (ATR) untuk mengidentifikasi momentum pasar.

Sinyal bearish tersebut makin kuat setelah pasangan BTC/USD mencatat penutupan mingguan di bawah moving average (MA) 50-minggu pada hari Minggu—sebuah pola yang sebelumnya menandai akhir pasar bullish.

Konfirmasi kombinasi sinyal SuperTrend dan MA 50-minggu ini pernah terjadi pada 2018 dan 2022, yang masing-masing diikuti penurunan 84% dan 77%, sebagaimana terlihat pada data historis grafik.

Baca Juga: Bitcoin Ambles: Harga Jatuh di Bawah US$ 89.000, Ini Penyebabnya Menurut Analis

“Indikator Weekly SuperTrend berubah merah untuk pertama kalinya sejak Januari 2023 (akhir bear market),” kata analis kripto Bitcoinsensus melalui X pada Senin.

“Artinya, meski tidak pasti, ini dapat menjadi tanda awal bear market berikutnya,” tambahnya.

Jika pola berulang, harga BTC berpotensi melakukan penurunan besar ke sekitar US$75.000, dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dari perusahaan treasury Bitcoin serta arus keluar yang terus terjadi dari ETF spot Bitcoin berbasis AS.

Sentimen Pasar Bitcoin Kembali ke “Extreme Fear”

Indikator Crypto Fear & Greed Index juga menunjukkan kondisi bearish setelah turun ke level 11, titik terendah sejak Februari, menandakan sentimen pasar berada pada fase “extreme fear.”

Analisis pergerakan harga sebelumnya ketika indeks berada di level serupa menunjukkan dua kemungkinan jalur bagi pasangan BTC/USD:

Skenario 1: Turun Lebih Dalam Sebelum Bull Run Baru

Kondisi ini pernah terjadi pada 2021, ketika indeks berkisar antara fear dan extreme fear pada Mei–Juli. Harga BTC turun 40% lebih jauh, sebelum akhirnya mencapai rekor tertinggi baru di US$69.000 pada November 2021.

Baca Juga: ETF Bitcoin Alami Arus Keluar Nyaris US$3 Miliar pada November, BlackRock Terbesar

“Ada kemungkinan besar bahwa rasa sakit jangka pendek masih menunggu, dan pembalikan kemungkinan terjadi dalam 2–3 minggu,” kata analis Milk Road.

“Sentimen rendah tidak menghilangkan peluang rekor harga baru dalam jangka menengah,” terangnya.

Skenario 2: Memasuki Bear Market Penuh

Skenario bearish lebih dalam terlihat pada Mei 2022, ketika indeks turun ke extreme fear dan bertahan hingga Juli. Periode itu menandai fase paling brutal bear market 2022, dengan BTC jatuh ke US$15.000 dari puncaknya US$69.000.

Selanjutnya: Reli Harga Emas Terjegal karena Peluang Penurunan Suku Bunga Kian Kecil

Menarik Dibaca: Reli Harga Emas Terjegal karena Peluang Penurunan Suku Bunga Kian Kecil




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×