kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Indo-Pasifik memanas, Taiwan ajak negara-negara demokrasi halangi tindakan agresif


Selasa, 08 September 2020 / 13:17 WIB
Indo-Pasifik memanas, Taiwan ajak negara-negara demokrasi halangi tindakan agresif
ILUSTRASI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengunjungi Komando Angkatan Darat ke-6, menjelang Tahun Baru Imlek di Taoyuan, Taiwan, 25 Januari 2019.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meminta aliansi demokrasi untuk mempertahankan diri dari "tindakan agresif" dan melindungi kebebasan, merujuk pada tindakan China di Laut China Selatan dan Selat Taiwan sebagai ancaman utama bagi stabilitas regional.

China, yang mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai miliknya, telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar pulau itu, serta di Laut China Selatan dan Laut China Timur yang disengketakan.

Berbicara di Taipei pada forum yang dihadiri oleh pejabat tinggi keamanan Taiwan dan diplomat senior Barat, Selasa (8/9), Tsai mengatakan, Taiwan berdiri di garis depan dalam mempertahankan demokrasi dari "agresi otoriter".

Taiwan berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya, menjaga perdamaian dan keamanan regional. Tapi, menurut Tsai, Taiwan membutuhkan upaya kolaboratif.

Baca Juga: Unjuk gigi, dua kapal induk China berlayar bareng untuk pertama kali

"Militerisasi di Laut China Selatan, meningkatnya dan seringnya taktik zona abu-abu di Selat Taiwan dan Laut China Timur, diplomasi koersif yang digunakan terhadap negara dan perusahaan, semuanya membuat tidak stabil di kawasan Indo-Pasifik," kata Tsai, tanpa langsung menyebut China.

"Sudah waktunya bagi negara-negara yang berpikiran sama, dan teman-teman demokratis di kawasan Indo-Pasifik dan sekitarnya, untuk membahas kerangka kerja untuk menghasilkan upaya yang berkelanjutan dan bersama untuk mempertahankan tatanan strategis yang menghalangi tindakan agresif sepihak," ujarnya seperti dikutip Reuters.

Dia menyerukan strategi yang menghindari perang, namun menyampaikan tekad untuk melindungi demokrasi dengan mendorong kerjasama, transparansi, dan penyelesaian masalah melalui dialog.

China telah meningkatkan tekanan pada Taiwan untuk menerima kedaulatannya atas pulau itu. Taipe menanggapi langkah Beijing itu dengan mengupayakan hubungan lebih dekat, dengan apa yang mereka sebut demokrasi "berpikiran sama".

Baca Juga: Ini langkah Presiden Ceko cegah sanksi China akibat ulah kepala senat Ceko ke Taiwan

Ini terutama Amerika Serikat (AS), tetapi juga termasuk Australia, Inggris, Kanada, Uni Eropa, dan Jepang. Meski, negara-negara itu tidak ada yang mempertahankan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan.

Selain AS, pemasok senjata utama Taiwan, negara-negara lain umumnya hanya menawarkan dukungan moral sesekali, seperti menyerukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memberikan akses yang tepat ke Taiwan yang non-anggota.

Selanjutnya: Taiwan mulai berani melawan kedigdayaan China


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×