Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kopi Amerika Serikat tengah menghadapi krisis pasokan setelah pemerintah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif impor 50% terhadap kopi Brasil sejak Agustus 2025.
Kebijakan ini membuat para roaster (penyangrai kopi) di AS harus menguras stok mereka sembari menunggu hasil negosiasi dagang antara AS dan Brasil, yang akan menentukan apakah mereka harus membayar lebih mahal untuk mendapatkan pasokan alternatif.
Konflik Politik di Balik Tarif Impor Kopi
Brasil selama ini menyuplai sekitar sepertiga dari total konsumsi kopi di Amerika Serikat, pasar kopi terbesar di dunia. Namun, sejak tarif tinggi diberlakukan, kopi Brasil menjadi terlalu mahal bagi pasar AS.
Langkah tersebut dipandang luas sebagai hukuman politik terhadap pemerintahan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, penerus Jair Bolsonaro, sekutu dekat Trump yang kemudian dinyatakan bersalah karena terlibat dalam dugaan upaya kudeta.
Baca Juga: Penjualan Global Starbucks Mulai Pulih, Tapi Lonjakan Harga Kopi Tekan Margin
Trump menuduh Mahkamah Agung Brasil memperlakukan Bolsonaro secara tidak adil, dan kebijakan tarif itu disebut sebagai bentuk tekanan politik pribadi.
“Tarif ini bukan soal perdagangan atau timbal balik, tapi hukuman politik. Ini antara Trump dan Lula,” kata Steven Walter Thomas, pemilik perusahaan importir Lucatelli Coffee di AS.
Importir Alihkan Pasokan ke Kanada untuk Hindari Tarif
Lucatelli Coffee sempat memuat kopi Brasil senilai US$720.000 ketika tarif baru mulai berlaku. Kini, perusahaan menyimpan kargo tersebut di gudang berikat di Jacksonville, Florida, agar terhindar dari pajak impor sementara. Namun, bila dijual di dalam negeri, tarif 50% akan langsung dikenakan.
Untuk mengurangi kerugian, Thomas memilih mengirim sebagian kopi Brasil itu ke Kanada, meski harus menanggung biaya logistik tambahan yang tinggi.
“Ini seperti situasi serba salah: menunggu kesepakatan dagang atau rugi besar karena biaya logistik,” ujarnya.
Dampak ke Rantai Pasok: Dari Starbucks hingga Roaster Lokal
Kenaikan biaya bahan baku turut menekan margin perusahaan besar seperti Starbucks (SBUX.O). Dalam laporan keuangan kuartalan terakhir, CEO Cathy Smith mengakui bahwa harga kopi tinggi menjadi hambatan utama bagi kinerja perusahaan setidaknya hingga pertengahan tahun depan.
Sementara itu, beberapa roaster di AS memilih membatalkan kontrak pembelian kopi Brasil, meski harus membayar denda pembatalan antara US$20–US$25 per karung 60 kilogram (senilai sekitar US$515) di luar tarif impor.
“Stok kami masih ada, tapi menipis dengan cepat,” kata Michael Kapos, eksekutif pemasaran di Downeast Coffee Roasters, Rhode Island. Perusahaannya tengah menguji biji kopi alternatif dari Kolombia, Meksiko, dan Amerika Tengah, namun harga biji pengganti itu telah naik hingga 10% sejak tarif diberlakukan pada 9 Juli 2025.
Baca Juga: Trump Buat Kesepakatan Dagang dengan Vietnam, Cabut Pengenaan Tarif 20% untuk Kopi
Sebaliknya, harga kopi Brasil di pasar global justru turun sekitar 5% akibat permintaan dari AS yang anjlok.
Stok Kopi AS Menipis dan Harga Terus Naik
Menurut para pedagang Eropa, pengiriman kopi dari Brasil ke AS menurun drastis sejak tarif diterapkan. Saat ini, roaster di Amerika tengah menguras sisa stok, yang diperkirakan akan turun dari 4 juta karung menjadi hanya 2,5–3 juta karung pada Desember 2025 — mendekati batas minimal kebutuhan nasional.
Sebagai gambaran, AS mengonsumsi sekitar 25 juta karung kopi (60 kg per karung) per tahun, dengan Brasil biasanya menyuplai sekitar 8 juta karung.
Kenaikan Harga Kopi Dorong Inflasi Pangan AS
Krisis pasokan ini juga menambah tekanan pada inflasi pangan di Amerika Serikat. Harga eceran kopi bubuk dan sangrai di supermarket naik 41% secara tahunan pada September 2025, mencapai rata-rata US$9,14 per pon, menurut data Bureau of Labor Statistics (BLS).
Kenaikan ini dipicu oleh dua faktor utama: cuaca buruk yang menekan produksi global, dan tarif tinggi terhadap kopi Brasil. Harga futures Arabica di bursa ICE Exchange pun mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.
“Saya tidak lagi melihat merek, yang penting harga termurah,” kata Sherryl Legyin (52), kasir asal New Jersey, saat berbelanja di lorong kopi supermarket.
Baca Juga: Deforestasi Terkait Kopi di Brasil Capai 737.000 Hektare dalam Dua Dekade
“Dulu kopi instan favorit saya seharga US$6 atau US$7, sekarang sudah US$11, dan kemasannya malah lebih kecil,” tambah Yasmin Vazquez (40), seorang agen perjalanan.
Harapan pada Negosiasi Dagang
Presiden Lula pekan ini menyatakan optimistis kesepakatan dagang dengan AS dapat tercapai dalam waktu dekat, bahkan “lebih cepat dari yang dibayangkan banyak orang.”
Namun, Presiden Trump menanggapi dengan nada hati-hati.
“Saya tidak tahu apakah akan ada hasil, tapi kita lihat saja,” ujarnya.
Selama ketidakpastian ini berlanjut, harga secangkir kopi di Amerika tampaknya akan tetap tinggi.













