Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data inflasi Amerika Serikat terbaru mengindikasikan inflasi melandai, akan tetapi inflasi di negara-negara besar lain masih tinggi dan mengancam dunia.
Sebagai contoh, Jepang mencatatkan kenaikan inflasi sebesar 4,3% pada Januari 2023. Inflasi Jepang ini menyentuh level tertinggi dalam hampir 42 tahun.
Seperti dilansir Reuters pada Jumat (27/1), kenaikan inflasi ini menandai kenaikan tahunan tercepat sepanjang sejarah Jepang dan membuat bank sentral di bawah tekanan untuk menghentikan stimulus ekonomi di tengah subsidi energi dari pemerintah yang mulai dikurangi.
Kenaikan indeks harga konsumen (CPI) inti Tokyo melampaui perkiraan pasar. Ini menandai kenaikan secara tahunan tercepat sejak Mei 1981. Ini mengikuti kenaikan 3,9% Desember dan tetap di atas target 2% bank sentral untuk bulan ke delapan berturut-turut.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham yang Mendapat Angin Segar dari Penguatan Rupiah
Sementara itu, hasil pada obligasi pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun naik 1,5 poin menjadi 0,475%. Angka ini mencerminkan perkiraan pasar bahwa kenaikan inflasi dapat mendorong bank sentral untuk segera memutar kembali stimulus.
Ekonom Jepang dari Capital Economics Darren Tay mengatakan, data ini menujukkan peningkatan inflasi lebih lanjut yang besar di tingkat nasional bulan ini.
Selain Jepang, inflasi di Australia pun naik lebih tinggi dari perkiraan sebesar 7,8%, menjadi yang tertinggi dalam 32 tahun. Pada kuartal terakhir tahun 2022, inflasi Australia tercatat sebesar 7,8%, naik tajam sejak Maret 1990.
Merujuk Badan statistik Australia yang menerangkan bahwa kenaikan terjadi pada komoditas berupa makanan, bahan bakar, dan konstruksi bangunan. Kenaikan tertinggi terjadi pada ongkos perjalanan domestik dan internasional yang masing-masing melesat 13,3% dan 7,6%.
Asal tahu saja, di Australia, harga barang naik 9,5%, turun sedikit dibandingkan kenaikan 9,6% dari kuartal sebelumnya. Biaya layanan naik 5,5%, menjadi tertinggi sejak 2008.
Baca Juga: Jaga Stabilitas Rupiah, Operation Twist BI Perlu Dibarengi Kebijakan Moneter Lain
Data terbaru dari Biro Statistik Australia menujukkan, Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 1,9% pada kuartal Desember 2020. Angka tersebut di luar ekspetasi pasar yang memperkirakan akan mengalami pertumbuhan secara moderat.
Selain Jepang dan Australia, negara tetangga Indonesia yakni Singapura pun mencatatkan inflasi inti melebihi ekspektasi sebesar 5,1% pada Desember 2022. Indeks harga konsumen utama atau inflasi inti Singapura tercatat di level 5,1%.
Untuk tahun 2022 secara keseluruhan, inflasi inti rata-rata mencapai 4,1%, lebih tinggi dari 0,9% yang tercatat pada tahun 2021. Sedangkan, inflasi utama mencapai 6,1% tahun lalu, naik dari 2,3% pada tahun 2021.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Menguat pada Rabu (25/1), Ini Sentimen Pendorong
Bank sentral sebelumnya mengatakan, inflasi inti kemungkinan akan tetap sekitar 5% untuk awal tahun 2023. Hal tersebut juga telah memproyeksikan tingkat inflasi inti antara 3,5% hingga 4,5% pada tahun 2023, dengan inflasi utama antara 5,5% dan 6,5%.
Inflasi inti akan berpengaruh terhadap semua kenaikan harga barang dan jasa, kecuali dalam sektor makanan dan energi. Lebih lanjut, inflasi inti memiliki peranan penting untuk merefleksikan hubungan antara harga barang dan jasa dengan pendapatan konsumen.