Sumber: Arab News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pada Rabu (11/11/2020), Inggris menjadi negara kelima di dunia yang mencatat lebih dari 50.000 angka kematian terkait virus corona. Ini merupakan angka yang menurut salah satu dokter terkemuka negara itu seharusnya tidak pernah tercapai.
Arab News memberitakan, angka yang dirilis pemerintah Inggris menunjukkan bahwa 595 lebih orang di negara itu meninggal dalam 28 hari setelah dites positif terkena virus, jumlah harian tertinggi sejak Mei. Angka tersebut membuat total korban tewas Inggris dari pandemi menjadi 50.365.
Menurut penghitungan yang dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins, Inggris, yang memiliki jumlah kematian terkait virus tertinggi di Eropa, bergabung dengan Amerika Serikat, Brasil, India, dan Meksiko dengan angka kematian akibat Covid-19 mencapai lebih dari 50.000.
Jumlah kematian keseluruhan Inggris secara luas dianggap jauh lebih tinggi daripada itu karena total yang dilaporkan hanya mencakup mereka yang telah dites positif terkena virus dan tidak termasuk mereka yang meninggal karena gejala terkait Covid-19 setelah 28 hari.
Baca Juga: Penelitian ungkap adanya risiko gangguan mental pada penyintas COVID-19
Seperti negara lain di Eropa, Inggris sedang mengalami kebangkitan virus dan telah memberlakukan pembatasan baru untuk mengekang infeksi selama beberapa minggu terakhir. Inggris saat ini berada di tengah-tengah penguncian kedua, yang akan berakhir pada 2 Desember.
Menyusul berita tentang korban tewas melebihi 50.000, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan Inggris lebih siap untuk menangani wabah daripada selama gelombang pertama di musim semi, ketika negara itu melaporkan lebih dari 40.000 kematian.
Baca Juga: Inggris bakal larang iklan online yang promosikan junk food, ada apa?
Selain kemungkinan vaksin yang akan datang dalam beberapa bulan ke depan, Johnson mengutip pengujian yang jauh lebih luas. Minggu lalu, pemerintah memulai program pengujian seluruh kota pertama di kota Liverpool barat laut Inggris.