Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
LONDON. Pemerintah Inggris dalam beberapa pekan mendatang mulai menjual obligasi syariah. Nilai sukuk perdana yang dipasarkan Inggris bernilai £ 200 juta atau sekitar US$ 339 juta, bertenor lima tahun.
Menteri Keuangan Inggris, George Osborne mengatakan, imbal hasil sukuk akan secara luas ekuivalen dengan obligasi konvensional Inggris dengan tenor serupa. Obligasi ini akan sejalan dengan prinsip syariah yang mengharamkan adanya bunga.
Penerbitan sukuk merupakan salah satu upaya Inggris membangun kawasan finansial syariah. "Dengan langkah aktif dan bersama-sama, kami akan membuat Inggris sebagai pusat sistem keuangan global," kata Osborne. Inggris juga saat ini aktif mengembangkan sistem keuangan yang berkaitan dengan China.
Oktober lalu, Perdana Menteri Inggris David Cameron sudah mengemukakan ingin membangun Inggris sebagai pusat keuangan syariah seperti Dubai atau Kuala Lumpur.
Sukuk akan dijual lewat special purpose vehicle (SPV). Hasilnya akan digunakan untuk membeli properti pemerintah pusat dan lahan yang dimiliki oleh Departement of Communities and Local Governement, namun digunakan oleh departemen lain. Imbal hasil sukuk ini akan dibiayai dari pendapatan sewa properti tiga kantor properti tersebut.
HSBC Holdings Plc ditunjuk untuk menyusun dan menjadi penasihat penerbitan sukuk perdana ini. Inggris juga menunjuk Barwa Bank, CIMB Group Holdings Berhard, National Bank of Abu Dhabi, dan Standard Chartered Plc sebagai joint lead managers.
Sejatinya, Inggris tertarik dengan obligasi Islam ini sejak tahun 2007 silam dan tergiur dengan potensinya. Menurut hitungan PricewaterhouseCoopers LLP, industri finansial syariah global akan tumbuh 17% per tahun dan beraset US$ 2,67 triliun di tahun 2017.
Malaysia International Islamic Financial Center mengatakan, saat ini 60% sukuk global berasal dari Malaysia, dan menjadikannya penerbit obligasi syariah terbesar dunia.