Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
NEW YORK. Dalam kondisi wabah melemahnya perekonomian dunia, mempunyai nakhoda bank sentral yang andal jadi berkah sendiri untuk perekonomian sebuah negara. Majalah Global Finance yang bermarkas di Amerika mencoba memetakan kinerja para kepala bank-bank sentral di dunia.
Di tahun 2013 ini, majalah yang mulai melakukan pemeringkatan sejak tahun 1994 itu menobatkan Kepala Bank Sentral Malaysia, Philipina, dan Taiwan sebagai Best Central Bankers of The Year. Joseph Giarraputo penerbit Global Finance dalam pemeringkatan ini memberikan beberapa catatan. “Pada saat negara-negara maju baru mulai perlahan-lahan pulih dan pasar negara berkembang mulai melemah, bank sentral dunia menghadapi waktu yang paling menantang untuk mengelola kebijakan moneternya,” papar Giarraputo.
Setiap tahun majalah ini membuat penilaian terhadap para bos bank sentral di masing-masing negara dunia. “Bagaimana tekad mereka untuk berhadapan dengan intervensi politik, dan upaya mereka untuk mempengaruhi pemerintah dalam belanja ekonomi, keterbukaan ekonomi terhadap investasi asing dan jasa keuangan,” tambahnya.
Global Finance sendiri memberikan nilai untuk 50 negara lebih di kawasan Eropa, Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika. Mereka memberikan nilai antara A dan F, tergantung dari kesuksesan bank sentral mengontrol inflasi, target pertumbuhan ekonomi, kestabilan mata uang, dan manajemen suku bunga. Selain itu, ada juga unsur-unsur subjektif yang masuk dalam kriteria.
Dalam daftar lengkap Global Finance, kepala bank sentral di kawasan Asia-Pacific memang menjadi juaranya, karena tahun ini ada 3 orang yang sekaligus mendapatkan nilai A, yaitu Zeti Akhtar Aziz dari Malaysia, Amando Tetangco Jr dari Philipina, dan Fai-Nan Perng dari Taiwan. Di kawasan Eropa dan Amerika hanya ada masing-masing satu yang mendapatkan nilai A- yaitu Rodrigo Vergara dari Chile dan Mario Draghi dari Uni Eropa. Sementara di kawasan Timur Tengah dan Afrika, tidak ada satu pun negara yang kepala bank sentralnya mendapat nilai A atau A-.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Global Finance menilai Agus Martowadojo masih terlalu pendek masa jabatannya untuk dinilai, jadi masih belum bisa dilakukan pemeringkatannya. Sama seperti Raghuram Rajan kepala bank sentral di India dan Haruhiko Kuroda dari Jepang.