Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
WASHINGTON. Jejak krisis finansial Amerika Serikat (AS) pada tahun 2008 silam sudah mulai pudar. Tetapi, ancaman krisis bisa sewaktu-waktu kembali menghampiri perbankan di negara itu.
Yang mengejutkan, industri finansial AS yang sudah menunjukkan sinyal pemulihan ternyata tidak sanggup menghadapi krisis ekonomi jika muncul kembali. Hasil stress test terbaru bank sentral AS (The Fed) menunjukkan, sebanyak 18 bank besar di AS bakal kolaps seandainya timbul lagi krisis keuangan.
The Fed menyatakan, ada dua faktor utama penyebab kolapsnya 18 bank besar di AS. Yakni, cacat pada area krisis manajemen dan permodalan. Sayangnya, dalam dokumen yang terbit Senin (19/8) lalu itu, The Fed tidak merinci nama 18 bank besar yang berstatus rawan itu.
Marty Mosby, analis Guggenheim Securities LLC menilai, lewat hasil stress test, The Fed memaksa perbankan meningkatkan standar lebih tinggi. "Hasil stress test ini akan membuat perbankan tetap waspada, khususnya pada manajemen risiko," imbuh dia, seperti dikutip Bloomberg.
Dalam laporan hasil stress test, The Fed mengkritik perbankan tentang proyeksi kerugian, pendapatan atau pengeluaran dalam skenario krisis ekonomi. "Proyeksi yang digunakan tidak kuat, tidak transparan, dan tidak sepenuhnya menangkap dampak dari kondisi terburuk," kata The Fed. Selain memaksa bank meningkatkan modal, The Fed juga fokus mencermati strategi perbankan memperkuat modal. Beberapa hal yang dicermati yakni permodalan bank terkait kebijakan dividen dan buyback saham.
Permodalan lemah
Sejak awal tahun ini, bank sentral AS telah menyetujui rencana permodalan 14 dari 18 bank. Beberapa bank yang lolos yakni Bank of America Corp, Bank of New York Mellon Corp, dan PNC Financial Services Group Inc. Pada Maret lalu, The Fed juga melakukan stress test.
Kala itu, The Fed memerintahkan 18 bank untuk mengirimkan proposal yang berisi rencana kecukupan modal. Hasil pengujian The Fed terhadap proposal 18 bank pada Maret 2013 itu menyebut, kesalahan terbesar bank yakni tidak menggunakan skenario ekonomi terburuk.
Pasca tes itu, The Fed meminta JP Morgan Chase & Co dan Goldman Sachs Group Inc untuk merevisi proposalnya. "Keduanya tidak mencantumkan simulasi mengatasi permodalan jika muncul masalah," tulis The Fed. JPMorgan Chase dan Goldman Sachs mengatakan akan mengajukan kembali proposal sebelum akhir kuartal III-2013.
Meski begitu, The Fed menyatakan dua bank tersebut lolos stress test. Hasil stress test pada Maret 2013 itu juga mengungkap, ada dua bank yang tidak lolos uji tekanan. Kedua bank itu yakni BB&T dan Ally Financial. Catatan saja, The Fed melakukan stress test pertama kali pada tahun 2009, pasca krisis 2008. Tujuan tes adalah menunjukkan transparansi aset dan permodalan bank.