Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Daftar calon perdana menteri Jepang terus bertambah setelah pengunduran diri Shigeru Ishiba sebagai perdana menteri dan pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa pada Minggu (7/9/2025).
Sebenarnya, pemimpin LDP berikutnya tidak lagi dijamin menjadi perdana menteri karena koalisi yang berkuasa telah kehilangan mayoritas di kedua lembaga parlemen. Ada kemungkinan kecil seorang pemimpin partai oposisi akan memimpin negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia ini.
Beberapa tokoh penting LDP dilaporkan oleh media Jepang sedang mempertimbangkan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan pemimpin partai. Selain itu ada mantan menteri luar negeri Toshimitsu Motegi yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai kandidat.
Namun, media domestik menganggap veteran LDP, seperti Sanae Takaichi, dan Shinjiro Koizumi, menteri pertanian yang bertugas mengendalikan lonjakan harga beras, sebagai kandidat terdepan.
Baca Juga: Yen Anjlok di Pagi Ini (8/9), Terseret Pengunduran Diri PM Jepang Shigeru Ishiba
Kedua nama tersebut juga merupakan dua pilihan teratas dalam jajak pendapat publik untuk pengganti Ishiba.
Berikut daftar anggota parlemen yang mungkin akan mencalonkan diri sebagai perdana menteri berikutnya:
Dari Partai Demokrat Liberal,
- SANAE TAKAICHI, 64 tahun:
Jika terpilih, Takaichi akan menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang.
Sebagai veteran partai LDP yang telah memegang berbagai peran, termasuk menteri keamanan ekonomi dan urusan dalam negeri, ia kalah dari Ishiba dalam pemilihan putaran kedua kepemimpinan LDP tahun lalu.
Dikenal karena posisi konservatifnya seperti merevisi konstitusi pascaperang yang pasifis, Takaichi rutin mengunjungi kuil Yasukuni untuk menghormati para korban perang Jepang, yang dipandang oleh beberapa negara tetangga Asia sebagai simbol militerisme masa lalu.
Takaichi menonjol karena penentangannya yang vokal terhadap kenaikan suku bunga Bank Jepang dan seruannya untuk meningkatkan belanja guna mendorong perekonomian yang rapuh.
- SHINJIRO KOIZUMI, 44 tahun:
Pewaris dinasti politik yang telah berjasa dalam pemerintahan Jepang selama lebih dari satu abad, Koizumi kelak menjadi perdana menteri termuda di era modern.
Koizumi, putra mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi, mencalonkan diri dalam pemilihan ketua partai tahun lalu, menampilkan dirinya sebagai seorang reformis yang mampu memulihkan kepercayaan publik terhadap partai yang dilanda skandal.
Tidak seperti Takaichi, yang meninggalkan pemerintahan setelah kekalahannya dalam kontes tersebut, Koizumi, lulusan Universitas Columbia, tetap dekat dengan Ishiba sebagai menteri pertanian. Dalam satu-satunya jabatan kabinetnya yang lain, sebagai menteri lingkungan hidup, Koizumi pada tahun 2019 menyerukan agar Jepang menyingkirkan reaktor nuklir.
Ia sempat diejek di tahun itu karena pernyataannya bahwa kebijakan iklim harus "keren" dan "seksi". Hanya sedikit yang diketahui tentang pandangannya tentang kebijakan ekonomi, termasuk tentang BOJ.
- YOSHIMASA HAYASHI, 64 tahun:
Hayashi telah menjabat sebagai kepala sekretaris kabinet Jepang, sebuah jabatan penting yang mencakup jabatan juru bicara pemerintah, sejak Desember 2023 di bawah Perdana Menteri Fumio Kishida dan Ishiba saat itu.
Ia telah memegang berbagai jabatan penting termasuk pertahanan, urusan luar negeri, dan pertanian, seringkali ditunjuk sebagai pengganti sementara setelah pengunduran diri petahana.
Sebagai seorang penutur bahasa Inggris yang fasih, Hayashi bekerja untuk perusahaan dagang Mitsui & Co, belajar di Harvard Kennedy School, dan menjadi staf untuk Perwakilan AS Stephen Neal dan Senator William Roth Jr.
Hayashi mencalonkan diri dalam pemilihan pemimpin LDP pada tahun 2012 dan 2024. Ia telah berulang kali mendukung independensi BOJ dalam kebijakan moneter.
Baca Juga: Profil dan Karier Shigeru Ishiba, Politikus yang Mundur dari Jabatan PM Jepang
- TOSHIMITSU MOTEGI, 69 tahun:
Sebagai mantan menteri luar negeri, Motegi memiliki reputasi sebagai negosiator yang tangguh dan menangani perundingan dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer ketika Presiden Donald Trump terakhir menjabat.
Ia juga pernah menjabat sebagai menteri perdagangan, menteri ekonomi, dan sekretaris jenderal LDP.
Ia menempuh pendidikan di Harvard Kennedy School dan bekerja di surat kabar Yomiuri serta perusahaan konsultan McKinsey sebelum terjun ke dunia politik pada tahun 1993.
Ketika mencalonkan diri dalam kontes kepemimpinan LDP tahun lalu, ia berjanji untuk mengejar pertumbuhan yang akan membantu membiayai hal-hal seperti biaya pertahanan yang diperkirakan lebih tinggi, tanpa menaikkan pajak.
Janji Motegi dipandang oleh para kritikus sebagai kontradiksi terhadap keputusan Kishida untuk menambah beban publik, meskipun ia merupakan orang kedua di bawah komando sekretaris jenderal Kishida di LDP.
- TAKAYUKI KOBAYASHI, 50 tahun:
Setelah menjabat sebagai menteri keamanan ekonomi di bawah Kishida, Kobayashi berjasa meloloskan undang-undang tentang keamanan ekonomi yang bertujuan memperkuat rantai pasokan penting.
Kobayashi, yang juga belajar di Harvard Kennedy School, memulai kariernya di Kementerian Keuangan dan bekerja di Kedutaan Besar Jepang di Amerika Serikat sebelum terjun ke dunia politik pada tahun 2010.
Ia pertama kali terpilih menjadi anggota majelis rendah pada tahun 2012, dan menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan di parlemen di bawah Abe.
Seperti Takaichi, ia menarik perhatian faksi LDP yang lebih konservatif dengan argumen-argumen seperti merevisi konstitusi.
Dari Partai Demokrat Konstitusional Jepang
- YOSHIHIKO NODA, 68 tahun:
Mantan Perdana Menteri Noda adalah pemimpin kelompok oposisi terbesar, Demokrat Konstitusional yang berhaluan kiri-tengah.
Sebagai perdana menteri yang menjabat ari tahun 2011 hingga 2012, ia bekerja sama dengan LDP untuk meloloskan undang-undang yang menggandakan pajak konsumsi Jepang menjadi 10% guna membantu mengekang utang publik yang membengkak – sehingga mendapatkan reputasi sebagai pengamat fiskal yang agresif.
Pajak konsumsi dinaikkan menjadi 10% pada tahun 2019 untuk sebagian besar barang. Dalam pemilihan majelis tinggi pada bulan Juli, Noda mengubah haluan dan menyerukan pemotongan sementara pajak konsumsi untuk bahan makanan. Ia telah berulang kali menyerukan penghapusan bertahap stimulus besar-besaran BOJ.
Dari Partai Demkrat untuk Rakyat
- YUICHIRO TAMAKI, 56 tahun:
Partai Tamaki yang berhaluan kanan-tengah adalah salah satu partai dengan pertumbuhan tercepat dalam beberapa pemilu terakhir.
Sebagai mantan birokrat Kementerian Keuangan, Tamaki ikut mendirikan Partai Demokrat untuk Rakyat pada tahun 2018 dan mengadvokasi peningkatan pendapatan bersih rakyat dengan memperluas pembebasan pajak dan memangkas pajak konsumsi.
Ia mendukung peningkatan kemampuan pertahanan, regulasi yang lebih ketat terkait akuisisi lahan oleh asing, dan pembangunan lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir. Tamaki telah mendesak BOJ untuk berhati-hati dalam menghapus stimulus, dengan mengatakan bahwa BOJ harus menunggu hingga upah riil membaik dan membantu menopang konsumsi.