Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Berdasarkan Survei yang dirilis oleh Asian Development Bank (ADB) bertajuk Kesenjangan Perdagangan, Pertumbuhan, dan Pekerjaan, yang dirilis hari ini, Selasa (3/9), kesenjangan keuangan perdagangan global yang sangat tinggi senilai US$ 1,5 triliun menghambat upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan penting dan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.
ADB juga menulis, perusahaan kecil dan menengah (UKM) menghadapi tantangan terbesar untuk memperoleh keuangan perdagangan dan catatan laporan. Selain itu, perusahaan yang dipimpin oleh perempuan sering menghadapi hambatan tambahan.
Baca Juga: Asia and Pacific Growth Steady Amid Global Trade Tensions — ADB
“Kesenjangan keuangan perdagangan yang sangat besar merupakan tantangan global yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan membahayakan upaya untuk mengurangi kemiskinan,” kata Head of ADB’s Trade and Supply Chain Finance ADB Steven Beck. Dia menambahkan, "Mengingat prospek ekonomi yang tidak pasti, sangat penting untuk menciptakan channel keuangan perdagangan yang lebih efisien, stabil, dan berkelanjutanuntuk memacu pertumbuhan dan pembangunan global."
Survei ini didasarkan pada tanggapan dari sejumlah bank, perusahaan, dan lembaga kredit ekspor secara global dan merupakan barometer kesehatan perdagangan keuangan terkemuka di dunia. Laporan yang merupakan edisi ke-6 ini menemukan, kesenjangan keuangan perdagangan terus menghambat kemajuan menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama target yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi perempuan, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan inklusif.
Baca Juga: ADB pertimbangkan dana fase kedua US$ 300 juta untuk Indonesia pekan ini
Berdasarkan laporan tersebut, lebih dari 76% bank yang disurvei berpendapat bahwa regulasi anti pencucian uang dan mengetahui konsumen Anda merupakan hambatan terbesar dalam melakukan ekspansi bisnis mereka. Padahal di sisi lain, regulasi ini sangat penting untuk memastikan sistem finansial global tidak digunakan untuk mendanai terorisme atau pencucian uang.
"Contoh yang sangat ekstrem adalah kepulauan Pasifik, di mana sejumlah negara berisiko diblokir dari sistem finansial global -termasuk perdagangan keuangan- karena bank koresponden memutuskan hubungan dengan lembaga keuangan lokal,” kata Beck.
Baca Juga: Menlu Retno: Presiden ADB apresiasi perkembangan ekonomi Indonesia
Kemudian, sekitar 60% responden bank memprediksi kesenjangan perdagangan keuangan bakan naik dalam dua tahun ke depan. Teknologi, seperti blockchain dan big data, memiliki potensi untuk mempersempit kesenjangan. Namun, kendalanya adalah tingginya biaya dan minimnya standar keuangan digital global.
Laporan ini merekomendasikan adopsi aturan umum oleh pemerintah tentang perdagangan digital dan e-commerce sehingga bisa memberikan dasar hukum bagi perusahaan dan bank untuk bertransaksi secara digital.