kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini gambaran seberapa besar aksi demonstrasi memukul ekonomi Hong Kong


Kamis, 15 Agustus 2019 / 08:02 WIB
Ini gambaran seberapa besar aksi demonstrasi memukul ekonomi Hong Kong
ILUSTRASI. Unjuk rasa menentang RUU Ekstradisi di Hong Kong


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Sementara, mengutip intelijen AS, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pemerintah China mengerahkan pasukan ke perbatasan bersamanya dengan Hong Kong, yang akan meningkatkan kekhawatiran dilakukannya intervensi.

Baca Juga: Kemlu: jika tidak mendesak sebaiknya tunda bepergian ke Hong Kong

Sebagai dampaknya, para trader menghukum bursa saham Hong Kong. Yakni dengan mengirim indeks saham Hong Kong ke level terendahnya dalam tujuh bulan terakhir pada hari Selasa (14/8).

ETF iShares MSCI Hong Kong -indeks untuk mengukur saham Hong Kong- telah anjlok 10% dalam enam bulan terakhir. Indeks ini sekarang berada di posisi 16% di bawah level tertingginya yang tercipta pada awal April lalu. Berdasarkan kontrak, iShares MSCI World ETF (URTH) -indeks untuk mengukur pergerakan saham di seluruh dunia, termasuk AS- semakin turun sejak saat itu.

Sementara itu, para pejabat Hong Kong, telah memperingatkan ketegangan yang berlarut-larut juga dapat menyebabkan kerusakan yang berkelanjutan pada ekonomi lokal. Seperti yang diketahui, Hong Kong merupakan rumah bagi tujuh perusahaan global yang masuk dalam Fortune 500,  termasuk di dalamnya perusahaan teknologi raksasa Lenovo. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Hong Kong merupakan yang terlemah sejak 2009 pada kuartal pertama.

Baca Juga: Unjuk rasa di Hong Kong turut mendorong IHSG ke zona merah

Kendati ekonomi Hong Kong bangkit kembali pada kuartal kedua, namun pencapaiannya masih jauh dari harapan analis di mana tingkat pertumbuhannya hanya 0,6%. Rambu peringatan kompak menyala di sektor-sektor tertentu, terutama sektor ritel, di mana tingkat penjualan turun 7% pada Juni dibandingkan tahun sebelumnya. Diprediksi, pada Juli dan Agustus, penurunannya akan lebih dalam lagi mencapai dua digit.

"Jika eskalasi lebih lanjut memicu hengkangnya modal dari Hong Kong, pasar properti akan mengalami tekanan hebat sehingga dapat mengakibatkan resesi yang dalam," jelas Julian Evans-Pritchard, Ekonom Senior Tiongkok dari Capital Economics.

Baca Juga: Bursa Asia tergelincir dibayangi kerusuhan di Hong Kong

Sektor finansial tak luput dari kerugian besar.

Aksi demonstrasi yang terus berlanjut telah menyebabkan sakit kepala hebat bagi HSBC, yang mengontrol sekitar 30% dari pasar perbankan Hong Kong. CEO John Flint baru saja mengundurkan diri baru-baru ini meski baru 18 bulan menjabat. Selain itu, HSBC berencana melakukan PHK besar-besaran atas karyawannya.

CFO HSBC Ewen Stevenson mengatakan pada pekan lalu, memanasnya kondisi di Hong Kong dapat menggerus laba bank.

"Apakah kami memprediksi bakal ada dampak di paruh kedua nanti? Ya, sepertinya hal itu akan terjadi. Jika situasi saat ini terus berlangsung selama beberapa waktu ke depan, ini akan berdampak pada tingkat kepercayaan investor," jelasnya.

Pimpinan sejumlah bank investasi global juga sudah mengambil sejumlah antisipasi terhadap hal ini, termasuk memperbolehkan karyawan untuk bekerja secara remote. Citigroup, sebagai contoh, telah menutup beberapa cabang dalam beberapa bulan terakhir sebagai langkah antisipasi. Goldman Sachs yang memiliki 1.500 karyawan di Hong Kong juga melakukan kebijakan serupa.




TERBARU

[X]
×