Sumber: Bloomberg | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - MILAN. Wasiat mendiang perancang busana legendaris Giorgio Armani mengungkap rencana strategis untuk menjual sebagian besar saham perusahaannya kepada salah satu raksasa industri mewah dunia. Dokumen yang dipublikasikan pada Jumat (12/9) membuka peluang bagi Giorgio Armani SpA untuk secara bertahap menjadi bagian dari grup mewah global seperti LVMH, EssilorLuxottica, atau L’Oréal.
Dalam dokumen tersebut, Armani Foundation yang kini mengelola perusahaan, diberi waktu 18 bulan untuk menjual saham awal sebesar 15% kepada salah satu perusahaan mewah terkemuka dunia. Penjualan ini merupakan langkah awal dari proses akuisisi yang dapat membuka jalan bagi pembeli untuk meningkatkan kepemilikan hingga 54,9% dalam waktu tiga tahun setelah masa suksesi.
Armani, yang wafat awal bulan ini, meninggalkan kendali atas perusahaannya kepada yayasan keluarga, para anggota keluarga, dan mitra lamanya Leo Dell’Orco, yang disebut sebagai tangan kanan Armani. Kini, para ahli waris bertanggung jawab untuk menentukan grup mana yang akan menjadi pemilik mayoritas Giorgio Armani di masa depan.
Baca Juga: Milan Berduka, Publik Antre untuk Memberi Penghormatan Terakhir kepada Giorgio Armani
Di bawah kepemimpinan Giorgio Armani, perusahaan fashion ini berhasil mempertahankan independensinya selama beberapa dekade dan dikenal sebagai salah satu brand mewah tersukses yang tidak tergabung dalam konglomerat besar. Meski secara keuangan tergolong sehat, pertumbuhan pendapatan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir mengalami tantangan, terutama di tengah perubahan pola belanja konsumen dan tekanan ekonomi global.
Dalam wawancara dengan Bloomberg pada April 2024, Armani mengatakan, dirinya tidak menutup kemungkinan untuk menjual perusahaan di masa depan. Ia menegaskan bahwa keputusan akan berada di tangan para penerusnya. "Yang selalu menjadi kunci kesuksesan saya adalah kemampuan beradaptasi dengan zaman," kata dia.
Produk tertentu seperti parfum Acqua di Gio, yang dilisensikan ke L’Oréal, terus menunjukkan performa baik, terutama dalam era penjualan daring. Namun, lini utama Armani seperti jas pria bergaya klasik, yang dulunya menjadi simbol kemewahan dan keanggunan. Kini Armani menghadapi tantangan seiring bergesernya tren mode ke arah gaya kasual.
Wafatnya Armani terjadi di saat industri barang mewah global tengah menghadapi tantangan berat: penurunan permintaan pasca pandemi, meningkatnya tarif perdagangan internasional, dan persaingan ketat antar brand.
Jika rencana dalam wasiat ini terlaksana, maka dunia mode akan menyaksikan berakhirnya era independensi salah satu brand mewah Italia paling ikonik, sekaligus membuka babak baru yang mungkin akan membawa Giorgio Armani SpA bergabung dengan konglomerasi mode global untuk mempertahankan daya saingnya di pasar yang terus berubah.