Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perusahaan teknologi asal China, ByteDance, pemilik aplikasi berbagi video TikTok, menandatangani perjanjian yang bersifat mengikat untuk membentuk joint venture baru yang akan mengalihkan kendali operasional TikTok di Amerika Serikat kepada investor Amerika dan global.
Langkah ini menjadi terobosan penting untuk menghindari pelarangan TikTok di AS dan mengakhiri ketidakpastian yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Kesepakatan tersebut menandai tonggak baru bagi TikTok, yang digunakan secara rutin oleh lebih dari 170 juta pengguna di Amerika Serikat, setelah konflik panjang yang dimulai pada Agustus 2020, ketika Presiden Donald Trump pertama kali mencoba namun gagal melarang aplikasi tersebut dengan alasan keamanan nasional.
Nilai Perusahaan dan Struktur Kepemilikan
Rincian kesepakatan ini sejalan dengan kerangka yang diumumkan pada September lalu, ketika Trump menunda hingga 20 Januari penerapan undang-undang yang melarang TikTok, kecuali ByteDance menjual aset AS-nya.
Saat itu, Trump juga menyatakan bahwa kesepakatan tersebut telah memenuhi ketentuan divestasi berdasarkan Undang-Undang tahun 2024.
Wakil Presiden JD Vance sebelumnya menyebut perusahaan baru TikTok AS akan memiliki valuasi sekitar US$14 miliar, meskipun angka final tidak diumumkan secara resmi pada Kamis (18/12/2025).
Baca Juga: TikTok AS Dijual: Konsorsium Oracle, Silver Lake, MGX Kuasai 50% Saham
Dalam struktur kepemilikan:
-
Investor Amerika dan global—termasuk raksasa komputasi awan Oracle, perusahaan ekuitas swasta Silver Lake, serta investor asal Abu Dhabi MGX—akan menguasai 80,1% saham di entitas baru bernama TikTok USDS Joint Venture LLC.
-
ByteDance tetap memiliki 19,9% saham.
Pertanyaan soal Peran China Masih Mengemuka
Meski Gedung Putih menyatakan joint venture baru ini akan mengoperasikan aplikasi TikTok di AS, sejumlah pertanyaan masih muncul, terutama terkait hubungan bisnis antara entitas baru dan ByteDance. Gedung Putih pada Kamis lalu merujuk pertanyaan lanjutan kepada pihak TikTok.
CEO TikTok Shou Zi Chew, dalam memo internal kepada karyawan yang dilihat Reuters, menyatakan bahwa joint venture tersebut akan:
“Beroperasi sebagai entitas independen dengan kewenangan penuh atas perlindungan data pengguna AS, keamanan algoritma, moderasi konten, dan jaminan perangkat lunak.”
Chew juga menjelaskan bahwa entitas TikTok global di AS akan tetap menangani interoperabilitas produk global serta sejumlah aktivitas komersial, seperti e-commerce, periklanan, dan pemasaran, secara terpisah dari joint venture.
Namun, Rush Doshi, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional di era Presiden Joe Biden, menilai masih belum jelas apakah algoritma TikTok telah dipindahkan, dilisensikan, atau tetap dikendalikan oleh Beijing, dengan Oracle hanya berperan sebagai pihak pemantau.
Media China sebelumnya melaporkan bahwa ByteDance masih akan memainkan peran operasional penting. Bahkan, sebuah majalah keuangan China menyebut ByteDance berencana membentuk entitas TikTok AS yang tetap menerima sebagian pendapatan dari joint venture baru tersebut.
Tata Kelola dan Peran Oracle
Kesepakatan ini, yang dijadwalkan rampung pada 22 Januari, juga mengatur struktur dewan direksi. ByteDance berhak menunjuk satu dari tujuh anggota dewan, sementara mayoritas kursi akan dipegang oleh perwakilan Amerika.
Baca Juga: UE Denda X US$140 Juta karena Melanggar Aturan Konten, TikTok Selamat dari Sanksi
Oracle akan bertindak sebagai “mitra keamanan tepercaya”, dengan tanggung jawab mengaudit dan memvalidasi kepatuhan, termasuk melindungi data sensitif pengguna AS yang akan disimpan di lingkungan cloud aman milik Oracle di Amerika Serikat.
Kontroversi Politik dan Kritik Oposisi
Presiden Trump menyebut TikTok berperan dalam kemenangannya pada pemilu tahun lalu dan saat ini memiliki lebih dari 15 juta pengikut di akun TikTok pribadinya. Gedung Putih sendiri telah meluncurkan akun resmi TikTok sejak Agustus.
Namun, kritik datang dari kubu oposisi. Senator Demokrat Elizabeth Warren menilai masih terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab.
“Trump ingin menyerahkan lebih banyak kendali atas apa yang Anda tonton kepada para miliarder dekatnya. Rakyat Amerika berhak tahu apakah presiden membuat kesepakatan terselubung lain untuk pengambilalihan TikTok oleh para miliarder,” tulis Warren di platform X.
Trump diketahui memiliki hubungan dekat dengan CEO Oracle Larry Ellison. Sejumlah nama besar seperti Michael Dell, Rupert Murdoch, serta investor global lainnya sempat disebut akan terlibat, meskipun partisipasi mereka dalam kesepakatan final belum dikonfirmasi.













