kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini Keuntungan yang Ditawarkan Keanggotaan BRICS kepada Malaysia Menurut Ekonom


Selasa, 24 September 2024 / 05:43 WIB
Ini Keuntungan yang Ditawarkan Keanggotaan BRICS kepada Malaysia Menurut Ekonom
ILUSTRASI. Para ekonom menilai, upaya Malaysia untuk bergabung dengan BRICS dapat membuka peluang di pasar-pasar berkembang. REUTERS/Siphiwe Sibeko


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - PETALING JAYA. Para ekonom menilai, upaya Malaysia untuk bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS dapat membuka peluang di pasar-pasar berkembang, membuka jalan bagi pertumbuhan di sejumlah sektor seperti kedirgantaraan, kendaraan listrik, dan keuangan.

Mengutip Free Malaysia Today, Ekonom Universiti Malaya Rajah Rasiah mengatakan akan ada akses yang lebih mudah ke pasar-pasar anggota BRICS, yakni Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Ethiopia.

Turki juga siap untuk bergabung dengan blok tersebut, katanya.

Selain itu, Malaysia juga dapat berpartisipasi dalam pinjaman infrastruktur dari Bank Pembangunan Baru yang didirikan pada tahun 2015.

"Mengingat bahwa transaksi perdagangan dalam kelompok tersebut akan menggunakan mata uang mereka sendiri, terutama Yuan China, hal itu akan membantu mengurangi ketergantungan pada dolar AS," kata Rajah.

Pada bulan Juli, Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan bahwa Malaysia telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan organisasi antarpemerintah BRICS, yang saat ini diketuai oleh Rusia.

Baca Juga: Mengapa Malaysia dan Thailand Mau Bergabung dengan BRICS? Ini Analisanya

Rajah mengatakan, Malaysia juga dapat mengupayakan kolaborasi yang lebih besar di sektor kedirgantaraan dan persenjataan serta untuk industri teknologi tinggi lainnya.

Sebut saja kendaraan listrik dari China, pesawat ringan dari Brasil, serta industri berat dan pupuk dari Rusia.

Dia menambahkan, Malaysia juga dapat secara bertahap mengupayakan impor minyak dan gas yang lebih murah dari Rusia, terutama ketika cadangan minyak negara itu sendiri kemungkinan akan habis pada tahun 2035.

Ketika ditanya bagaimana Malaysia dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menjadi anggota BRICS, Rajah mengatakan bahwa negara tersebut telah memiliki landasan yang kuat melalui hubungannya dengan negara-negara lain, yang mendukung kepentingannya.

Seperti halnya perang Rusia-Ukraina, meskipun secara serius menyerukan diakhirinya perang tersebut, Malaysia telah mengambil sikap netral yang menyerukan negosiasi untuk menyelesaikannya, katanya.

Baca Juga: Dedolarisasi BRICS Belum Efektif, Dolar AS Tetap Jadi Primadona

Ia juga menunjukkan bahwa Malaysia memiliki kerja sama militer yang kuat dengan AS, termasuk bergabung dengan negara adikuasa tersebut dalam latihan keamanan, dan akan terus bekerja sama dengan mereka di bidang ekonomi dan politik.

Misalnya, Malaysia terus mengambil bagian dalam latihan militer maritim internasional RimPac 2024 meskipun ada tekanan untuk mundur karena keikutsertaan Israel dalam acara tersebut.

Kepentingan ekonomi Amerika di Malaysia tidak berkurang sejak Malaysia memilih untuk tetap netral dalam masalah internasional sambil mendukung perjuangan Palestina, kata Rajah.

Rajah menyamakan situasi tersebut dengan tahun 1960-an dan 1970-an, ketika Malaysia mengutuk pemerintahan apartheid di Afrika Selatan sementara AS dan Inggris mendukung pemerintah di sana.

Investasi dan perdagangan Amerika dengan Malaysia tetap kuat meskipun telah menurun sejak puncaknya pada tahun 1970-an dan 1980-an. Hubungan diplomatik yang kuat tetap penting dan Malaysia memiliki sejarah yang baik dalam hal ini, katanya.

Ekonom Geoffrey Williams juga mengatakan bahwa upaya Malaysia untuk bergabung dengan BRICS merupakan langkah ke arah yang benar. 

Baca Juga: China dan Malaysia Perbarui Perjanjian Ekonomi, Review Perjalanan Bebas Visa

Hal ini mengingat bahwa lima negara anggota awal (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) memiliki sekitar 45% populasi global dan 27% produk domestik bruto global senilai US$ 28 triliun.

"Ini berarti akses yang lebih besar ke pasar investasi konsumen dan bisnis yang besar di China, India, Afrika, dan Timur Tengah," katanya.

Akses pasar ini menawarkan potensi besar untuk perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Di luar penjualan konsumen, Williams menambahkan, sektor minyak dan gas serta jasa keuangan Malaysia dapat mengalami perluasan melalui kerja sama dengan anggota BRICS lainnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×