kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ini negara yang kerap disasar jutawan China


Selasa, 18 Juli 2017 / 15:49 WIB
Ini negara yang kerap disasar jutawan China


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

HONG KONG. Para jutawan China ramai-ramai ingin pindah ke luar negeri. Negara-negara mana saja yang disasar para jutawan ini?

Hasil survei dari perusahaan riset Hurun Report and Visas Consulting Group menunjukkan, orang kaya China lebih memilih Kanada dan Inggris sebagai negara tujuan. Meski demikian, mereka juga masih tetap menempatkan Amerika Serikat sebagai pilihan teratas.

Hurun Report sebelumnya melakukan riset atas tren imigrasi oleh individu China yang memiliki kekayaan antara 10 juta yuan hingga 200 juta yuan atau setara dengan US$ 1,5 juta-US$ 30 juta.

Hasil survei menunjukkan, AS masih mempertahankan predikatnya sebagai negara yang paling banyak dituju oleh imigran kaya China selama tiga tahun beruntun. Sementara, Kanada berhasil melampaui Inggris untuk kali pertama dan menjadi negara pilihan kedua oleh jutawan China.

Para responden memandang, edukasi dan harga properti di Kanada lebih terjangkau di masa lalu.

Los Angeles, Seattle, San Francisco dan New York menjadi kota-kota global teratas untuk para imigran dan investasi properti oleh jutawan China. Namun laporan tersebut juga mengatakan, pamor kota-kota di Amerika mulai memudar sejak Presiden Donald Trump menjabat.

Para jutawan China menyebut sejumlah alasan mengapa mereka menginginkan tinggal di luar negeri. Laporan tersebut menemukan lebih dari separuh responden menjawab lingkungan tempat tinggal atau tempat tinggal ideal sebagai alasan utama yang memotivasi mereka pindah ke luar negeri.

"Banyak warga China yang masih belum puas dengan lingkungan lokal," jelas David Chen, pengacara Visas Consulting Group.

Selain itu, mata uang China juga menimbulkan kecemasan.

Sekitar 84% responden -- naik dari posisi 50% dari tahun lalu -- mengatakan bahwa mereka cemas mengenai devaluasi yuan. Asal tahu saja, yuan keok ke level terendah dalam delapan tahun terakhir pada November sebelum akhirnya berhasil naik tipis pada paruh pertama 2017.



TERBARU

[X]
×