Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SYDNEY/JAKARTA. Keamanan penerbangan Indonesia kembali menjadi sorotan setelah terjadi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air yang membawa 62 orang jatuh ke Laut Jawa beberapa menit setelah lepas landas pada hari Sabtu. Ini menandai kecelakaan besar ketiga yang melibatkan maskapai di Indonesia hanya dalam waktu enam tahun.
Melansir Reuters, sebelum kecelakaan itu terjadi, ada 697 korban jiwa di Indonesia selama satu dekade terakhir termasuk kecelakaan pesawat militer dan swasta. Menurut database Jaringan Keselamatan Penerbangan, angka ini menjadikan Indonesia sebagai pasar penerbangan paling mematikan di dunia - di depan Rusia, Iran dan Pakistan.
Sebelumnya, pesawat Lion Air 737 MAX hilang pada Oktober 2018. Kecelakaan Lion Air, yang menewaskan 189 orang, merupakan kejadian luar biasa karena mengungkapkan masalah mendasar terkait model pesawat dan memicu krisis keselamatan di seluruh dunia untuk Boeing.
Dari 2007 hingga 2018, Uni Eropa melarang penggunaan maskapai penerbangan Indonesia menyusul serangkaian kecelakaan dan laporan pengawasan serta pemeliharaan yang buruk. Selain itu, Amerika Serikat menurunkan evaluasi keselamatan Indonesia ke Kategori 2, yang berarti sistem peraturannya tidak memadai, antara tahun 2007 dan 2016.
Baca Juga: Selalu dicari saat kecelakaan pesawat, apa fungsi black box?
Reuters memberitakan, catatan keselamatan udara Indonesia telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya dengan menerima evaluasi yang baik dari badan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2018.
"Kecelakaan hari Sabtu tidak ada hubungannya dengan MAX, tetapi Boeing sebaiknya memandu Indonesia - yang memiliki catatan keselamatan udara buruk - untuk memulihkan kepercayaan pada industri penerbangannya," kata Shukor Yusof, kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia kepada Reuters.
Baca Juga: Kotak hitam Sriwijaya air SJ 182 terdeteksi, ada pada kedalaman sekitar 17-20 meter
Pihak berwenang menemukan perekam data penerbangan pesawat Sriwijaya dan perekam suara kokpit pada hari Minggu, tetapi para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan faktor-faktor yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat yang berusia hampir 27 tahun itu.