Sumber: Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan
TOKYO. Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat utang menakjubkan. Saat ini jumlah utang nasional Jepang menembus lebih dari ¥ 1.000 triliun.
Jumlah utang ini lebih dari dua kali lipat produk domestik bruto Jepang. Artinya, rasio utang Jepang ini lebih tinggi ketimbang Yunani yang masih dalam pemulihan ekonomi. Tapi, tingginya rasio utang ini tidak menyebabkan biaya utang Jepang membengkak. Bahkan, biaya bunga obligasi Negeri Sakura ini terendah keempat di dunia.
Pemerintah Jepang fokus pada penjualan utang di dalam negeri. Kepemilikan asing pada surat utang negara Jepang sangat mini, hanya 8,9% dari total utang per akhir September 2014.
Angka ini jauh lebih kecil ketimbang kepemilikan asing surat utang negara Indonesia sebesar 37,8% per akhir Oktober 2014. Kepemilikan asing pada surat utang Amerika Serikat mencapai 48%.
Pembeli utang negara Jepang adalah institusi publik. Tiga institusi publik Jepang menggenggam sekitar 46% utang nasional. Ketiga institusi ini adalah Bank of Japan, Japan Post Holdings dan badan pensiun.
Per September 2014, Bank of Japan memiliki 23% surat utang negara Jepang. Para pengamat memprediksi, kepemilikan ini akan naik lagi. Japan Post Holdings menggenggam 16% surat utang Jepang dan merupakan pemegang obligasi terbesar kedua. Sedangkan, badan pensiun menggenggam lebih dari 6% total utang nasional Jepang.
Inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang lambat juga menyebabkan investor institusi membeli obligasi negara yang cenderung bebas risiko. Pertumbuhan ekonomi rata-rata Jepang hanya 0,8% dalam 10 tahun terakhir hingga 2013. Sebagai pembanding, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat rata-rata 1,6% dalam 10 tahun hingga 2014.
Pemerintah Jepang mencoba mengerem peningkatan utang nasional ini lewat peningkatan pajak untuk meraup pendapatan. Anggaran untuk tahun fiskal yang dimulai 1 April menunjukkan kenaikan pajak ke level tertinggi dalam 24 tahun terakhir. Penerbitan obligasi baru turun ke level terendah sejak 2008. "Pemerintah kemungkinan harus memasukkan anggaran tambahan," kata Khoyei Morita, Kepala Ekonom Jepang di Barclays Plc kepada Bloomberg. Alhasil, utang tidak akan berkurang banyak.