Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ini bukan yang pertama kalinya Musk menuliskan tweet bahwa penurunan populasi karena tingkat kelahiran yang rendah adalah risiko yang jauh lebih besar bagi peradaban daripada pemanasan global.
Namun, menurut ahli demografi seperti yang dikutip dari CNN pada Agustus 2022 lalu, populasi global tumbuh, meskipun menurun di beberapa bagian dunia. Dan hal itu tidak akan runtuh dalam waktu dekat – bahkan dengan tingkat kelahiran yang lebih rendah daripada di masa lalu.
“Dia lebih baik membuat mobil dan teknik daripada memprediksi lintasan populasi,” kata Joseph Chamie, seorang konsultan demografi dan mantan direktur Divisi Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang telah menulis beberapa buku tentang masalah populasi.
“Ya, beberapa negara, populasinya menurun, tapi bagi dunia, bukan itu masalahnya,” tambahnya.
Melansir CNN yang mengutip data PBB menunjukkan, populasi dunia diproyeksikan mencapai 8 miliar pada pertengahan November tahun 2022. PBB memperkirakan populasi global dapat tumbuh menjadi sekitar 8,5 miliar hanya dalam 8 tahun.
Pada tahun 2080, populasi dunia diperkirakan mencapai puncaknya pada 10,4 miliar. Lalu ada kemungkinan 50% bahwa populasi akan stabil atau mulai berkurang pada tahun 2100. Model yang lebih konservatif seperti yang diterbitkan pada tahun 2020 di Lancet mengantisipasi populasi global akan menjadi sekitar 8,8 miliar orang pada tahun 2100.
Benar bahwa yang mendorong pertumbuhan populasi saat ini bukanlah angka kelahiran yang lebih tinggi. Apa yang mendorong pertumbuhan populasi global adalah lebih sedikit orang yang meninggal dalam usia muda. Harapan hidup global adalah 72,8 tahun pada 2019, meningkat sembilan tahun sejak 1990. Harapan itu diperkirakan meningkat menjadi 77,2 tahun pada 2050.
Baca Juga: Miliarder Terkaya Dunia Tunjuk Putrinya untuk Memimpin Rumah Mode Dior
Menurut PBB, secara global, tingkat kesuburan belum “runtuh”, dan seharusnya tidak runtuh, meskipun telah turun secara signifikan.
Pada tahun 1950, setiap wanita biasanya melahirkan lima kali; secara global, tahun lalu, itu adalah 2,3 kelahiran. Pada tahun 2050, PBB memproyeksikan penurunan global lebih lanjut menjadi 2,1 kelahiran per wanita.
Di beberapa negara, angka itu menjadi lebih rendah. Di AS pada 1950-an, 3,6 kelahiran per wanita, turun menjadi 1,6 pada 2020, menurut Bank Dunia. Di Italia, itu 1,2; di Jepang 1,3; di China 1.2.
Pada Januari 2022, China mengumumkan tingkat kelahiran turun selama lima tahun berturut-turut, bahkan dengan pencabutan kebijakan satu anak, yang memungkinkan pasangan memiliki hingga tiga anak pada tahun 2021.
“Hampir setiap negara maju di bawah dua, dan sudah seperti itu selama 20 atau 30 tahun,” kata Chamie.
Sebagian besar negara telah melalui apa yang disebut transisi demografis.