CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Inilah miliarder di balik drone Predator yang menewaskan Jenderal Iran Soleimani


Senin, 20 Januari 2020 / 13:12 WIB
Inilah miliarder di balik drone Predator yang menewaskan Jenderal Iran Soleimani


Sumber: Forbes | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tanggal 5 Januari 2020 lalu mungkin merupakan serangan pesawat tak berawak (drone) paling bersejarah. Melansir Forbes, drone MQ-9 Reaper menembakkan setidaknya dua rudal Hellfire pada kendaraan yang membawa Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan rombongan mereka setibanya di Bandara Internasional Baghdad. Konvoi tersebut luluh lantak. Jasad Soleimani hanya dapat diidentifikasi oleh cincin besar dengan batu merah di tangannya yang terputus.

Predator telah menyerang lagi. Drone dengan berat 2,5 ton senilai US$ 16 juta ini, memiliki jangkauan 1.200 mil dan diterbangkan melalui setengah dunia, adalah satu di antara sejumlah senjata paling penting dalam gudang senjata Amerika.

Baca Juga: Arab Saudi bayar tentara Amerika Serikat Rp 7 triliun di tahun lalu

Dengan latar belakang ini, siapakah bapak de facto dari revolusi drone? Mengutip Forbes, dia adalah anggota baru The Forbes 400 — Neal Blue. Blue, 84 tahun, diperkirakan memiliki kekayaan senilai US$ 4,1 miliar. Dia merupakan pimpinan dan pemilik 80% saham kontraktor pertahanan yang berbasis di San Diego, General Atomics (saudaranya, Linden, 83 tahun, memiliki 20% lainnya).

Blue pertama kali memperkenalkan Predator drone ke langit dunia sekitar 25 tahun yang lalu untuk mengawasi pasukan Serbia selama pemerintahan Clinton. Predator adalah salah satu pesawat AS pertama di Afghanistan setelah 9/11. Sejak itu, Predator telah berkembang melalui penyebaran di Irak, Pakistan, Somalia dan Yaman.

Sekarang, pesawat tanpa awak ini sudah dilengkapi dengan kamera, peralatan komunikasi, dan rudal Hellfire dari udara ke darat, yang mengawasi, melacak, dan membunuh. 

Baca Juga: Taliban terbuka gencatan senjata 10 hari dengan AS bila perundingan di Doha berhasil

Menurut Biro Investigasi Jurnalisme AS, Presiden Obama mengizinkan lebih dari 500 serangan drone. Sementara, sejauh ini Presiden Trump telah menandatangani setidaknya 259, menurut penelitian oleh think tank yang berbasis di Washington, DC, New America.

General Atomics telah menjual ratusan Predator kepada militer AS dan pemerintah lain di seluruh dunia dan menghasilkan US$ 2,1 miliar per tahun dari bisnis pesawat tanpa awaknya (total pendapatan untuk perusahaan swasta diperkirakan sekitar US$ 2,7 milyar).



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×