kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah miliarder di balik drone Predator yang menewaskan Jenderal Iran Soleimani


Senin, 20 Januari 2020 / 13:12 WIB
Inilah miliarder di balik drone Predator yang menewaskan Jenderal Iran Soleimani


Sumber: Forbes | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Richard Whittle, penulis buku Predator: The Secret Origins of the Drone Revolution, menulis bahwa sistem itu "bisa dibilang adalah teknologi militer baru yang paling penting sejak rudal balistik antarbenua senjata nuklir."

Blue bersaudara tumbuh dari salah satu keluarga terkaya di Denver setelah masa Depresi Hebat. Bisnis Blue bersaudara adalah real estat, dan ibu mereka, Virginia, dan ayah mereka, James, bekerja di perusahaan keluarga. Selama Perang Dunia II, James Blue direkrut menjadi militer sementara Virginia Blue bergabung dengan Palang Merah. 

Baca Juga: Serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS sebabkan 8 tentara cedera

Pada tahun 1967, Virginia mencalonkan diri sebagai Republikan untuk bendahara negara bagian dan menjadi wanita pertama yang terpilih untuk posisi seluruh negara bagian di Colorado. (Dia meninggal pada tahun 1970 di tengah-tengah kampanye pemilihannya; negara mendedikasikan jendela kaca patri di gedung Capitol untuk mengenangnya).

Singkat cerita, pada tahun 1986, Blue bersaudara mendapatkan kesempatan unik. Chevron baru-baru ini mengakuisisi Gulf Oil dan sekarang ingin melepaskan sejumlah anak perusahaan, salah satunya General Atomics. Didirikan pada tahun 1955 oleh fisikawan atom yang telah bekerja di Proyek Manhattan, GA sebagian besar merupakan perusahaan riset yang didanai pemerintah yang melakukan beberapa percobaan nuklir paling canggih di dunia.

Baca Juga: Gelombang protes di Iran membesar, ajakan turun ke jalan di media sosial membahana

Daya pikat awal dari General Atomics bagi Blue bersaudara adalah mendapatkan harga bagus di real estatnya, yakni seluas 424 hektar tanah utama tepat di luar San Diego yang berkembang pesat. Ketika bernegosiasi dengan Chevron pada tahun 1986, Neal Blue menjanjikan 20% dari perusahaan kepada sekelompok eksekutif, menurut mantan wakil presiden senior David Overskei, tetapi mereka mengingkari. Secara keseluruhan, Blue bersaudara membayar US$ 60 juta pada transaksi ini.

Tetapi penerbangan ada dalam darah Neal Blue dan dia langsung memikirkan strategi untuk menata kembali perusahaan. "Neal berbicara kepada saya tentang drone dan jenis teknologi lainnya setidaknya dua atau tiga kali seminggu," kata Tom Dillon, yang merupakan wakil presiden senior program pertahanan dari tahun 1984 hingga 1988. 

Dari situlah "Project Birdie" dilahirkan: GA mulai membuat drone yang unik dan hemat biaya yang tidak memerlukan manusia di dalamnya karena sistem GPS bawaan. 




TERBARU

[X]
×