Sumber: Forbes | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada awalnya, cukup sulit menemukan pelanggan untuk drone GA yang belum diuji. Ketika CIA akhirnya ingin membeli sebuah drone dari General Atomics selama Perang Balkan pada tahun 1993, Linden Blue tidak dapat mempercayai telinganya, menurut Frank Strickland, seorang direktur pelaksana di Deloitte yang bertugas di CIA. Pesawat pengintai GA yang murah tampil mengesankan.
Pada tahun 1994, Angkatan Laut AS memberi perusahaan kontrak senilai US$ 31,7 juta untuk membangun pesawat tanpa awak yang lebih maju, yang akhirnya menjadi Predator.
Baca Juga: AS menyerang perwira militer Iran di Yaman, tapi gagal
Blue bersaudara dan GA selanjutnya mengalami dekade yang menakjubkan. Dalam 25 tahun sejak penerbangan perdana Predator 1994, pesaing mereka telah mengejar banyak ketinggalan.
Ada lebih banyak pemain di pasar daripada sebelumnya, dan total penjualan gabungan mereka diharapkan meningkat dari US$ 4,9 miliar pada 2018 menjadi US$ 10,7 miliar pada 2028.
Baca Juga: Menlu AS: Terbunuhnya Soleimani bagian strategi baru mencegah musuh
Pada 2014, putra Neal, Linden P. Blue, bertanggung jawab atas bisnis drone perusahaan, dan ia kemungkinan akan menjadi CEO GA berikutnya. "Linden jelas berusaha untuk membuat perubahan," kata seorang karyawan GA saat ini yang mengelola proyek dalam divisi Sistem Penerbangan. "Dia sedang berusaha membawa perusahaan ke standar perusahaan besar."
Menurut manajer, ada proses, database, dan sistem baru yang akan dilakukan untuk merampingkan produksi GA. Langkah yang baik, tetapi itu juga berarti perusahaan tidak gesit dan tak kenal takut seperti dulu.