Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Hari ini, nilai yen semakin letoi saja terhadap dolar dan euro. Keoknya yen terjadi setelah Reserve Bank of Australia (RBA) melakukan intervensi untuk mendongkrak mata uangnya. Langkah yang diambil RBA itu memicu adanya spekulasi bahwa akan semakin banyak bank sentral dunia yang bakal mengambil langkah serupa.
“Hal ini telah menyebabkan nilai yen ikut mengalami pelemahan terhadap dolar. RBA secara jelas tidak menginginkan adanya tekanan lebih keras terhadap mata uangnya. Ketika satu bank sentral melakukan intervensi, hal itu akan menimbulkan kekhawatiran di pasar sehingga akan banyak bank sentral lain yang akan mengikuti langkah serupa,” papar Thomas Harr, senior currency strategist di Standard Chartered Plc Singapura.
Pada pukul 13.35 waktu Tokyo, mata uang Negeri Sakura ini mengalami pelemahan menjadi 95,57 per US$ dari sebelumnya 95,01. Yen juga terpeleset menjadi 119,13 terhadap euro dari posisi 118,77.
Intervensi RBA berhasil mendongkrak penguatan dolar Australia menjadi 64,16 US sen. Sementara, di New York, Aussie perkasa 0,9% atas mata uang Jepang dengan posisi 61,41 yen.
“Intervensi yang dilakukan RBA memang didesain untuk mencegah kepanikan di pasar. Reaksi awalnya saat ini, banyak investor yang malas menjual mata uang lain untuk yen,” jelas Kimihiko Tomita, head of foreign exchange State Street Bank & Trust Co.
Sekadar tambahan informasi, dalam sebulan belakangan, yen terus saja menguat terhadap 16 mata uang teraktif dunia. Bulan lalu, Menteri Keuangan Shoichi Nakagawa mengatakan, Jepang saat ini tengah mempersiapkan untuk menahan laju penguatan yen. Jika hal itu benar terjadi, ini merupakan intervensi pertama yang dilakukan Jepang dalam empat tahun terakhir.
Sementara itu, dalam beberapa minggu belakangan, dolar Australia sudah mengalami pelemahan sebesar 36% versus mata uang Jepang. Sedangkan dibanding si hijau, dalam tiga bulan terakhir, Aussie sudah melemah 27%.