Sumber: CBSNews | Editor: Noverius Laoli
Sebelum Musk membeli Twitter, miliarder itu digembar-gemborkan sebagai pengusaha visioner yang dapat mengubah dunia dengan perusahaan inovatifnya: Tesla, melalui adopsi kendaraan listrik, dan SpaceX, dengan tujuannya mengirim manusia ke luar angkasa.
Tapi semangat lain dari Musk, membela kebebasan berbicara, muncul melalui pengejarannya yang mengejutkan di Twitter.
Jim Cantrell, anggota pendiri SpaceX, mengatakan kepada CBS News bahwa miliarder itu ingin menghentikan kemampuan negara-bangsa untuk membatasi kebebasan individu. Dia selalu menjadi pendukung kebebasan berbicara yang mendalam.
Baca Juga: Tesla Mulai Mengirimkan Truk Listrik Produksinya ke Pelanggan
Twitter memberikan jalan bagi Musk untuk mencapai tujuan itu, karena dia sangat kritis terhadap standar moderasi konten perusahaan media sosial tersebut. Tetapi mencapai kesepakatan itu tidak murah, dengan Ives memperkirakan bahwa harga pembelian Musk untuk Twitter sebesar US$ 44 miliar, lebih mahal US$ 20 miliar dari harga wajarnya.
Karena harga Twitter yang mahal, Musk harus memangkas biaya secara dramatis di jaringan media sosial, memotong lebih dari setengah staf perusahaan. Tetapi dia juga perlu memanfaatkan sumber kekayaan terbesarnya untuk mendanai perusahaan yakni saham Tesla.
"Salah satu kekhawatiran investor yang lebih besar adalah Musk menggunakan Tesla sebagai mesin ATM," kata Ives. "Itu telah menjadi overhang besar pada saham Tesla."