Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - TEHERAN. Iran terbuka untuk pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) namun dengan syarat AS meminta maaf karena keluar dari kesepakatan nuklir tahun 2015 dan memberikan kompensasi kepada Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan seruan AS untuk mengajak diskusi Iran tidak tulus.
Konfrontasi dua musuh bebuyutan Iran dan AS telah memburuk sejak 2018, ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 sehingga negara-negara besar menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Baca Juga: Israel: Iran menjadi negara paling berbahaya di Timur Tengah
Iran telah menolak untuk mengadakan pembicaraan dengan Amerika Serikat, yang berusaha memaksa Teheran untuk menegosiasikan kesepakatan baru, kecuali jika Washington mencabut sanksi terhadap Teheran dan kembali ke perjanjian semula.
Dalam sebuah tweet pada awal Juni lalu, Trump mengulangi seruan AS untuk membuat kesepakatan baru dengan Iran yang bertujuan untuk membatasi kerja nuklir Iran, membatasi program rudal balistiknya dan mengakhiri dekade perang proksi regionalnya.
"Kami tidak memiliki masalah dengan perundingan dengan AS, tetapi hanya jika Washington memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan nuklir, meminta maaf dan memberikan kompensasi kepada Teheran atas penarikannya dari kesepakatan 2015," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi Iran yang dikutip Reuters, Rabu (24/6).
"Tapi kita tahu seruan untuk melakukan pembicaraan dengan Teheran itu hanya kata-kata dan kebohongan," tambahnya.
Sebagai pembalasan atas kebijakan 'tekanan maksimum' AS, Iran secara bertahap mengurangi komitmen nuklirnya, sebuah proses yang menurut Teheran bisa dibalik jika pihak-pihak Eropa dalam pakta itu menjalankan janji mereka untuk melindungi ekonomi Iran dari hukuman AS.
“Orang Eropa telah gagal memenuhi janji mereka. Mereka harus menjalankan kewajibannya, ”kata Rouhani.
Rouhani juga mengecam sebuah resolusi pengawas nuklir AS yang disahkan pada Jumat pekan lalu yang menyerukan Iran berhenti menolak akses agen pengawas nuklir ke dua lokasi yang diduga sebelumnya menjadi lokasi pengembangan nuklir.
"Iran siap bekerja sama dengan IAEA (Badan Energi Atom Internasional) di bawah hukum," katanya.
Baca Juga: Rudal bisa terbang 280 km, Menhan Iran: Musuh-mush Iran ketakutan