kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.682   19,00   0,11%
  • IDX 8.650   -10,84   -0,13%
  • KOMPAS100 1.191   -1,19   -0,10%
  • LQ45 853   4,51   0,53%
  • ISSI 308   -5,08   -1,62%
  • IDX30 440   5,88   1,36%
  • IDXHIDIV20 509   7,43   1,48%
  • IDX80 133   -0,35   -0,26%
  • IDXV30 138   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   2,14   1,55%

Israel dan Hamas Saling Tuduh Tunda Fase Kedua Rencana Perdamaian AS di Gaza


Senin, 15 Desember 2025 / 18:17 WIB
Israel dan Hamas Saling Tuduh Tunda Fase Kedua Rencana Perdamaian AS di Gaza
ILUSTRASI. Israel dan Hamas saling melontarkan tuduhan terkait keterlambatan implementasi fase kedua rencana perdamaian Gaza yang dimediasi Amerika Serikat (REUTERS/Mohamad Torokman)


Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Israel dan Hamas saling melontarkan tuduhan terkait keterlambatan implementasi fase kedua rencana perdamaian Gaza yang dimediasi Amerika Serikat, di tengah meningkatnya ketegangan menyusul tewasnya seorang komandan senior Hamas di dekat Kota Gaza.

Tuduhan tersebut mencuat pada Minggu, sehari setelah Raed Saad, komandan senior Hamas, tewas dalam serangan Israel di Gaza. Hamas menilai Israel telah melanggar gencatan senjata, sementara Israel menuding kelompok Palestina menunda penyerahan jenazah sandera terakhir dan berupaya melakukan remiliterisasi.

Dalam pernyataan video yang dirilis Minggu, Kepala Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, mengonfirmasi kematian Raed Saad akibat serangan Israel sehari sebelumnya. Ia menuduh Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dan membahayakan kelangsungan rencana perdamaian yang ditengahi Amerika Serikat.

“Pelanggaran berkelanjutan Israel terhadap perjanjian gencatan senjata … serta pembunuhan terbaru yang menargetkan Saad dan lainnya mengancam keberlangsungan perjanjian tersebut,” ujar al-Hayya.

Baca Juga: Serangan Mematikan di Festival Yahudi Australia Picu Ketegangan dengan Israel

Ia juga menyerukan kepada para mediator internasional, khususnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump, untuk menekan Israel agar mematuhi kesepakatan gencatan senjata.

Fase Gencatan Senjata Terancam Mandek

Sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata Oktober, kedua pihak sepakat menghentikan permusuhan, memulangkan sandera hidup dan tahanan, menyerahkan jenazah korban tewas, serta membuka akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Setelah seluruh ketentuan tersebut dipenuhi, fase kedua direncanakan mencakup penarikan pasukan Israel, pelucutan senjata kelompok Palestina, dan pengakhiran perang secara resmi.

Namun, otoritas Gaza menyatakan bahwa sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, Israel tetap melancarkan serangan hampir setiap hari.

Disebutkan, hampir 800 serangan telah dilakukan, menewaskan ratusan warga Palestina, sekaligus menghambat masuknya bantuan kemanusiaan secara bebas ke wilayah tersebut.

Israel Tunggu Penyerahan Jenazah Sandera Terakhir

Di sisi lain, Israel menyatakan bahwa peralihan ke fase kedua tidak dapat dilakukan sebelum penyerahan jenazah sandera terakhir, yakni Ran Gvili. Pemerintah Israel menegaskan hal tersebut sebagai syarat utama untuk melanjutkan tahapan gencatan senjata yang lebih kompleks.

Baca Juga: Israel Klaim Telah Membunuh Seorang Komandan Hamas di Gaza

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu menyampaikan sikap tegas terkait pembunuhan Raed Saad. Ia menuduh Hamas telah melanggar prinsip-prinsip rencana perdamaian yang diajukan pemerintahan Trump.

Netanyahu menggambarkan Saad sebagai tokoh utama dalam upaya Hamas memperkuat kemampuan militernya di Gaza.

“Ia adalah figur utama yang bertanggung jawab atas upaya Hamas membangun kembali kekuatan dan mempersenjatai diri di Jalur Gaza,” kata Netanyahu.

Ia menuduh Saad terlibat dalam pengisian ulang persenjataan dan penyelundupan senjata, yang menurutnya merupakan pelanggaran total terhadap prinsip-prinsip yang disepakati Hamas dalam rencana perdamaian tersebut.

Ketegangan Israel–AS Soal Fase Kedua

Pernyataan saling tuding ini muncul di tengah laporan adanya ketegangan antara pemerintahan Netanyahu dan pemerintahan Trump. Media Israel melaporkan bahwa Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel sekaligus sponsor utama gencatan senjata, mendorong Israel untuk segera memasuki fase kedua perjanjian.

Namun, Israel tetap bersikukuh bahwa jenazah Ran Gvili harus dikembalikan terlebih dahulu.

Baca Juga: Israel Serang Mobil di Gaza City, Targetkan Komandan Senior Hamas Raed Saed

“Kita hampir mencapai akhir fase pertama,” ujar Netanyahu. “Kami juga ingin memulangkan, dan sedang berupaya memulangkan, Ran Gvili.”

Ia menyebut upaya tersebut dilakukan melalui berbagai jalur, termasuk perundingan di Kairo dan lokasi lainnya.

Meski menghadapi tekanan dari Amerika Serikat, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan tetap mengambil keputusan secara mandiri.

“Kebijakan kami akan tetap sangat tegas, dan itu adalah kebijakan yang independen,” tegasnya.

“Kami yang menentukan tindakan, kami yang menentukan respons, dan kami yang memutuskan apa yang perlu dilakukan untuk menjamin keamanan Israel dan para prajurit Israel,” terangnya.

Selanjutnya: Gelar RUPSLB, Aneka Tambang (ANTM) Mengganti Direktur Utama dan Komisaris Utama

Menarik Dibaca: Penjualan Tiket Kereta untuk Nataru Capai 1,44 Juta, 41% dari Kapasitas




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×