Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Intelijen Israel baru-baru ini mengklaim bahwa sejumlah staf PBB yang bertugas di gaza telah terlibat dalam aksi penculikan hingga pembunuhan bersama dengan militan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.
Melansir Reuters, laporan berisi enam halaman tersebut menjelaskan ada 190 staf Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNWRA) telah merangkap sebagai militan Hamas atau Jihad Islam.
Israel juga mencantumkan 11 nama dan foto oknum terkait, termasuk di antara mereka adalah staf yang bekerja sebagai guru.
Dokumen tersebut mengatakan, salah satu dari 11 orang tersebut adalah seorang konselor sekolah yang membantu putranya menculik seorang wanita selama infiltrasi Hamas ke Israel.
Baca Juga: Israel Tuding WHO Berusaha Melindungi Hamas
Oknum lainnya dituduh terlibat secara tidak spesifik dalam pemindahan jenazah tentara Israel yang terbunuh ke Gaza dan mengoordinasi pergerakan truk pick-up yang digunakan oleh para perampok dan pasokan senjata.
Dokumen intelijen Israel itu juga menyebut ada satu staf yang ikut serta dalam aksi kekerasan di desa perbatasan Israel, Beeri, yang sepersepuluh penduduknya terbunuh.
Satu oknum lagi dituduh berpartisipasi dalam serangan di Reim, lokasi pangkalan militer yang dikuasai dan sebuah pesta musik yang menewaskan lebih dari 360 orang.
Baca Juga: Kasus Diskriminasi Muslim di AS Meningkat Sejak Perang Gaza Dimulai
Pihak Israel mengklaim sekitar 10% staf UNRWA memiliki afiliasi yang lebih umum dengan Hamas dan Islamic Jihad. Badan tersebut mempekerjakan 13.000 orang di Gaza.
Merespons klaim tersebut, Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menuduh Israel sengaja merancang serangan politik terhadap UNRWA.
Lebih dari 26.000 orang Palestina tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak serangan Hamas terjadi pada 7 Oktober 2023. Kematian akibat penyakit serta risiko kelaparan semakin meningkat.
Sebagian besar warga Gaza menjadi lebih bergantung pada bantuan UNRWA, termasuk sekitar satu juta orang yang melarikan diri dari pemboman Israel untuk berlindung di fasilitas UNRWA.