kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.090.000   -8.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Israel Perluas Serangan ke Gaza City, Warga Palestina Panik Tanpa Tempat Lari


Jumat, 19 September 2025 / 21:54 WIB
Israel Perluas Serangan ke Gaza City, Warga Palestina Panik Tanpa Tempat Lari
ILUSTRASI. An Israeli soldier walks next to military vehicles near the border with Gaza, in Israel September 17, 2025. REUTERS/Amir Cohen TPX IMAGES OF THE DAY


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - GAZA. Militer Israel menyatakan telah memperluas operasi di Gaza City dengan menggempur infrastruktur Hamas.

Namun, bagi warga Palestina yang sudah berulang kali mengungsi, serangan terbaru itu menambah kepanikan karena mereka tidak memiliki tempat untuk melarikan diri.

“Situasinya sangat buruk. Sepanjang malam tank menembakkan peluru,” kata Toufic Abu Mouawad, warga Palestina yang terpaksa meninggalkan kamp pengungsian tanpa tujuan jelas pada Jumat (19/9/2025).

Baca Juga: Spanyol Ancam Mundur dari Piala Dunia FIFA 2026 Jika Israel Lolos

“Saya ingin lari bersama anak-anak, tapi tidak tahu harus ke mana. Ini situasi yang sangat tragis. Kami menyerukan kepada negara-negara Arab dan orang-orang yang masih punya hati nurani untuk berdiri bersama kami.”

Pasukan Israel Dekati Jantung Gaza City

Pasukan Israel saat ini menguasai wilayah timur Gaza City. Dalam beberapa hari terakhir, serangan intensif diarahkan ke kawasan Sheikh Radwan dan Tel Al-Hawa, titik strategis untuk bergerak menuju pusat dan barat kota, tempat sebagian besar penduduk berlindung.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan 33 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga: Israel Luncurkan Iron Beam, Laser Pertahanan Tinggi Pertama di Dunia

Sebelumnya, Israel Defense Forces (IDF) memperkirakan sekitar 350.000 orang telah meninggalkan Gaza City sejak awal September, sementara sekitar 600.000 lainnya masih bertahan.

Citra satelit yang ditinjau Reuters pada 18 September menunjukkan kemunculan tenda-tenda baru di selatan Gaza City sejak 5 September, serta kerumunan orang di Jalan Al Rashid dan kendaraan yang bergerak di Jalan Salah al Din.

Melalui selebaran yang dijatuhkan dari udara, militer Israel menginstruksikan warga sipil agar menggunakan jalur Salah al Din yang dibuka kembali untuk mengungsi ke selatan.

IDF juga mengklaim telah menewaskan Mahmoud Yusuf Abu Alkhir, wakil kepala intelijen militer Hamas di Batalion Bureij, yang dituduh terlibat dalam serangan terhadap pasukan Israel.

Baca Juga: Krisis Gaza: 65.000 Tewas, Tank Israel Maju ke Pusat Kota, Jaringan Internet Mati

Seruan untuk Bebaskan Sandera

Hamas memicu perang dengan Israel pada 7 Oktober 2023, ketika melancarkan serangan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Menurut keluarga korban, sekitar 20 sandera masih hidup hingga kini. Mereka mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghentikan ofensif militer dan bernegosiasi dengan Hamas untuk pembebasan sandera.

Puluhan demonstran di sisi Israel dekat perbatasan juga menuntut penghentian perang dengan membawa poster bertuliskan “Hentikan genosida di Gaza” dan “Bebaskan Gaza, isolasi Israel”.

Namun, sayap militer Hamas memperingatkan bahwa perluasan operasi Israel di Gaza City akan mengancam keselamatan sandera.

“Dengan dimulainya operasi kriminal ini, kalian tidak akan menerima satu pun sandera, hidup maupun mati,” tulis Hamas dalam pernyataan tertulis.

Baca Juga: Israel Luncurkan Serangan Darat Besar di Gaza, Dunia Kecam Potensi Genosida

Ribuan Korban, Gaza di Ambang Kelaparan

Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 65.000 warga Palestina tewas sejak perang pecah hampir dua tahun lalu.

Infrastruktur di wilayah kecil itu sebagian besar hancur, sementara penduduk menghadapi kelaparan.

Israel membantah tingkat kelaparan separah yang digambarkan dan menegaskan bahwa perang bisa segera berakhir jika Hamas menyerah, membebaskan sandera, melucuti senjata, dan membubarkan diri.

Sementara itu, Hamas menolak menyerah hingga berdirinya negara Palestina diakui. Upaya mediasi internasional hingga kini belum membuahkan hasil.

Baca Juga: PBB: Israel Genosida di Gaza, 65.000 Warga Palestina Tewas, Ini Daftar Buktinya

“Selama seminggu terakhir kami hidup dalam malam-malam penuh horor,” kata Osama Awad, warga Palestina yang terusir dari rumahnya.

Di sekelilingnya, anak-anak duduk di atas tumpukan barang seadanya. Sementara keluarga lain berusaha mengangkut harta benda dengan gerobak sederhana, potret penderitaan berulang bagi dua juta penduduk Gaza.

Selanjutnya: Menumbuhkan Pengelolaan Sampah dari Hulu Hingga Hilir di Kabupaten Karawang

Menarik Dibaca: Duel Sengit! Prediksi Skor Dewa United vs PSBS Biak Numfor Liga 1




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×