Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Chairman The Federal Reserve Jerome Powell, Rabu (10/6) kemarin menyatakan pihaknya bakal terus memompa stimulus buat ekonomi AS hingga masalah ketenagakerjaan imbas pandemi dapat berakhir.
Bank sentral AS ini sejauh ini telah mengumumkan sembilan program pinjaman darurat untuk menjaga arus kredit selama pandemi. Tiga diantaranya, termasuk yang terkait fasilitas kredit kepada bisnis-bisnis utama memang belum diluncurkan. Sementara pada Senin (8/6) lalu, program pinjaman darurat disebut Powell bakal segera meluas ke segmen bisnis kecil.
Baca Juga: LSM China sebut pandemi corona memperbesar krisis HAM di Amerika Serikat
Adapun dari aspek fiskal, sejumlah stimulus dalam beberapa minggu terakhir juga diterbitkan. Parlemen AS di sisi lain juga telah menyetujui bantuan US$ 3 triliun yang juga akan dialokasikan sebagai tunjangan buat pengangguran selama pandemi.
“Kami bahkan tak sedikit pun berpikir untuk mengerek bunga acuan. Kami berkomitmen kuat menggunakan seluruh sumber daya yang kami miliki untuk melakukan hal yang bisa kami lakukan,” katanya dalam sebuah telekonferensi virtual yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (11/6).
Sayangnya, pernyataan tersebut belum mampu menarik minat investor. Bursa saham AS masih fluktuatif, sedangkan nilai US$ melulu merosot. Imbal hasl surat utang 10 tahun anjlok paling rendah pada minggu ini menjadi 0,72%. Ini seiring sinyal yang diberikan bank sentral untuk menjaga imbal hasil mendekati 0% dan terus memupuk surat berharga.
Sikap serupa juga diambil Federal Market open Committee (FOMC) yang menyatakan bakal terus menjaga kepemilikan surat berharganya, terutama yang asetnya berasal dari properti. Dalam sebuah pernyataan FOMC bakal menjaga kepemilikan surat berharga di kisaran US$ 80 miliar, dimana setengahnya atau US$ 40 miliar akan berasal dari surat berharga beraset properti.
Baca Juga: Situasi mulai adem, India dan China tarik sebagian pasukan dari perbatasan
“Menjaga porsi kepemilikan surat berharga, terutama yang beraset properti menunjukkan dukungan FOMC. Sementara The Fed tak melihat adanya peluang peningkatan lapangan kerja , risiko deflasi masih tinggi, dan ekonomi memang butuh lebih banyak dukungan untuk pulih,” kata Ekonom Grant Grantton Diane Swonk.