Reporter: Sopia Siregar | Editor: Johana K.
BEIJING. Sepanjang Januari 2010, ekspor China naik setinggi 21% daripada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini makin menambah tekanan terhadap Negeri Tembok Raksasa supaya membebaskan pergerakan yuan.
Amerika Serikat (AS) melihat, kenaikan ekspor China sebagai sinyal agar pemerintah Beijing tidak lagi memproteksi eksportir dengan mematok nilai tukar yuan terhadap dollar AS. "Namun China akan berhati-hati menerjemahkan data Januari ini," ujar Ekonom Bank of America di Hong Kong, Lu Ting, kemarin (10/2).
Di sisi lain, pembuat kebijakan di China melihat sebaliknya. Kenaikan ekspor dan surplus perdagangan yang lebih rendah dari perkiraan itu kian mempertebal keyakinan mereka untuk menahan yuan. Alasannya, angka-angka itu memberi indikasi bahwa permintaan dunia belum pulih sepenuhnya.
Soalnya, selama Januari 2009 lalu terjadi penurunan ekspor yang besar akibat libur panjang Tahun Baru China atau Imlek. Maklum, saat libur panjang Imlek, aktivitas bisnis umumnya menurun drastis.
Nah, tahun ini, libur Imlek jatuh pada bulan Februari. "Mereka akan menunggu beberapa bulan lagi sebelum memutuskan mengeluarkan kebijakan," kata Lu Ting menandaskan.
Apalagi, editorial di koran pemerintah, China Securities Journal, edisi kemarin menuliskan, yuan belum akan naik tinggi di semester I ini.
Impor ikut naik
Sebenarnya ekspor China di Januari merupakan yang tertinggi sejak September 2008. Tapi, itu hanya naik tipis daripada Desember 2009 yang naik 17,7%.Surplus perdagangan US$ 14,17 miliar, lebih rendah ketimbang prediksi ekonom sebesar US$ 20 miliar.
Di sisi lain, impor Negeri Tirai Bambu ini melonjak tajam sebesar 85%. Dalam catatan Bloomberg sejak tahun, kenaikan impor ini menjadi yang tertinggi.
Tahun lalu, Jerman menjadi negara pengekspor terbesar ke China. Diprediksi penjualan pedagang besar dan eksportir Jerman tahun ini bisa naik 10% ketimbang tahun lalu. Nilai ekspor Taiwan ke China juga terdongkrak ke level tertinggi selama 30 tahun sejarah mereka.
Sun Mingchun, Analis Nomura Holdings, bilang, impor China tahun ini bisa tumbuh 20%. Sedangkan ekspor naik 11%. Impor dari Jerman sendiri di Januari naik 50% ketimbang tahun lalu.
Sebagai catatan saja, data perdagangan Januari 2009 masih terpengaruh krisis. Alhasil, ekspor China harus anjlok 17,5%, sedangkan impor negara itu harus turun sebesar 43,1%.