Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Seorang jenderal AS mengatakan bukti bahwa virus corona berasal dari laboratorium penelitian China tidaklah cukup kuat.
Hal ini menyusul laporan bahwa para pejabat AS memperingatkan masalah keamanan di fasilitas penelitian di kota Wuhan pada dua tahun lalu.
Baca Juga: Studi baru: Virus corona bisa menyebar dua kali lebih cepat dari perkiraan sebelumnya
"Kami memiliki banyak intelijen yang memperhatikan hal itu. Pada titik ini tidak dapat disimpulkan, meskipun bobot bukti tampaknya menunjukkan hal yang alami. Tapi kami tidak tahu pasti," kata Ketua Umum Gabungan Jenderal AS Mark Milley dikutip South China Morning Post dari Politico.
Komentar itu muncul beberapa jam setelah The Washington Post melaporkan bahwa para pejabat AS khawatir tentang keselamatan yang tidak memadai di laboratorium Wuhan yang sedang melakukan studi tentang virus corona dari kelelawar.
Menurut laporan itu, para pejabat AS yang telah mengunjungi lab tersebut mengirimkan kabel diplomatik pada Januari 2018 ke Washington yang memperingatkan tentang keselamatan dan kelemahan manajemen di lab tersebut.
Baca Juga: Peneliti: Mutasi baru virus corona bisa bikin usaha pembuatan vaksin jadi sia-sia
Selain itu juga bahwa pekerjaan fasilitas pada kelelawar mewakili risiko pandemi seperti Sars.
Penilaian Milley berbeda dengan penilaian Brigadir Jenderal Paul Friedrichs, yang menepis gagasan bahwa virus ini berasal dari laboratorium sebagai bagian dari eksperimen yang melibatkan senjata biologis.
"Supaya jadi jelas, tidak ada yang seperti itu," kata Friedrichs yang juga merupakan ahli bedah di Staf Gabungan Militer pada 6 April lalu.
Baca Juga: Peneliti Harvard sebut virus corona bisa menyebar hingga dua tahun ke depan
“Seseorang bertanya kepada saya apakah saya khawatir. Itu bukan sesuatu yang saya khawatirkan," kata dia.
"Saya pikir, saat ini yang kami khawatirkan adalah bagaimana kami memperlakukan orang yang sakit, bagaimana kami mencegah orang jatuh sakit. Tapi saya tidak khawatir tentang virus ini sebagai senjata biologis," tegasnya.