Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang tengah mempertimbangkan paket stimulus baru senilai lebih dari US$ 929 miliar yang sebagian besar akan terdiri dari bantuan keuangan untuk perusahaan-perusahaan yang terkena pandemi virus corona.
Seperi diberitakan surat kabar Nikkei yang dikutip dari Reuters, Senin (25/5), paket tersebut akan didanai oleh anggaran tambahan kedua untuk tahun fiskal berjalan yang dimulai April, menyusul rekor rencana pengeluaran US$ 1,1 triliun yang digelontorkan bulan lalu untuk meredam efek dari pandemi corona terhadap perekonomian.
Langkah ini menjadi upaya terbaru Tokyo untuk mendukung perekonomian tetap di jalurnya di tengah resesi dalam yang terhadi akibat pandemi corona yang menghancurkan bisnis dan pengeluaran konsumen.
Baca Juga: Hubungan dagang dengan Korea panas, impor asal Jepang anjlok 37% di bulan April
Jepang mengakhiri tindakan darurat untuk sebagian besar wilayah dan berencana mengadakan diskusi panel pada hari Senin untuk memutuskan apakah akan mencabut tindakan darudat mereka di tempat yang tersisa, termasuk daerah metropolitan Tokyo.
"Ekonomi Jepang berada dalam kondisi yang sangat parah dan kami harus segera keluar dari situasi ini," kata Menteri Keuangan Taro Aso kepada wartawan, Jumat.
Anggaran tambahan kedua, senilai 100 triliun yen (US$ 929,45 miliar), akan mencakup 60 triliun yen untuk memperluas program pinjaman yang ditawarkan lembaga keuangan negara dan afiliasi kepada perusahaan yang terkena virus, kata surat kabar Nikkei.
Sementara itu, sebesar 27 triliun yen akan disisihkan untuk program bantuan keuangan lainnya, termasuk 15 triliun yen untuk program baru untuk menyuntikkan modal ke perusahaan yang sakit.
Pemerintah diharapkan menyetujui anggaran, yang juga akan mencakup subsidi untuk membantu perusahaan membayar sewa dan upah saat mereka menutup bisnis, pada rapat kabinet pada hari Rabu.
Ekonomi Jepang tergelincir ke dalam resesi pada kuartal terakhir, dan analis memperkirakan kontraksi 22% lagi pada April-Juni karena terpukul oleh krisis kesehatan.
Efek pandemi yang semakin dalam terhadap perekonomian memaksa pemerintah untuk menambah tumpukan utang besar Jepang, yang sudah dua kali ukuran ekonominya, untuk membayar rencana pengeluaran besar.
Bank of Japan memperluas stimulus moneter untuk bulan kedua berturut-turut di bulan April dan berjanji untuk membeli sebanyak mungkin obligasi yang diperlukan untuk menjaga biaya pinjaman tetap nol.
Baca Juga: Upaya Dunia Memulihkan Ekonomi yang Terdampak Pandemi Corona
"Kerangka kebijakan kami dapat menjaga tingkat suku bunga jangka panjang dari kenaikan bahkan jika pemerintah meningkatkan penerbitan obligasi," ujar Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda kepada wartawan pada hari Jumat.
Di bawah kebijakan yang dijuluki kontrol kurva imbal hasil, BOJ menargetkan suku bunga jangka pendek pada -0,1% dan berjanji untuk menjaga yield obligasi pemerintah 10-tahun sekitar 0%.