Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Hari ini, Pemerintah Jepang memberikan konfirmasi mengejutkan. Negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia itu sudah masuk ke jurang resesi untuk pertama kalinya sejak 2001 lalu. Hal itu diutarakan Jepang setelah perekonomian Negeri Sakura itu mengalami kontraksi pada kuartal tiga lalu.
“Hal ini akan bertambah buruk. Jepang bisa jadi akan mengalami resesi terburuk dalam satu dekade ini seiring dengan terjadinya krisis finansial global dan anjloknya permintaan dari luar negeri,” papar Masamichi Adachi, senior ekonom JPMorgan Chase & Co di Tokyo.
Asal tahu saja, pada tiga bulan yang berakhir 30 September, Produk Domestik Bruto Jepang merosot 0,4%. Padahal, para ekonom memprediksi, Jepang akan mengalami pertumbuhan perekonomian sebesar 0,1% setelah mengalami tekanan 3,7% pada periode sebelumnya.
Selain itu, pada laporan yang dirilis hari ini, secara kuartalan, perekonomian Jepang menyusut 0,1%. Anggaran belanja pun melorot 1,7% dibanding kuartal sebelumnya.
Adanya perlambatan perekonomian pada bulan lalu, memaksa Perdana Menteri Taro Aso untuk mengajukan sebuah proposal paket stimulus akibat memburuknya permintaan ekspor. Anjloknya ekspor itulah yang mengakibatkan banyak perusahaan memangkas nilai investasinya dan jumlah pekerja.
Misalnya saja, Toyota Motor Corp dan Canon Inc menurunkan prediksi labanya dalam sebulan terakhir bersamaan dengan rendahnya daya beli konsumen Amerika Serikat (AS) dan menguatnya nilai yen terhadap dolar yang semakin menggerus nilai penjualan. Pada pukul 09.46 waktu Tokyo, yen diperdagangkan pada posisi 96,24 per US$ dari sebelumnya 96,09 per US$ sebelum berita ini dirilis.
“Perekonomian Jepang masih sangat sensitif dengan lingkaran bisnis dunia. Itu masalahnya. Selama perekonomian global masih anjlok, kemungkinan besar Jepang akan mengalami resesi terhebat,” jelas Hiromichi Shirakawa, chief economist Credit Suisse Group AG di Tokyo.