kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jepang karantina 3.700 penumpang dan awak kapal pesiar di Pelabuhan Yokohama


Selasa, 04 Februari 2020 / 12:24 WIB
Jepang karantina 3.700 penumpang dan awak kapal pesiar di Pelabuhan Yokohama
ILUSTRASI. Ilustrasi virus corona. REUTERS/Tyrone Siu


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang mulai menyaring lebih dari 3.700 penumpang dan awak di sebuah kapal pesiar yang dikarantina di pelabuhan Yokohama dekat Tokyo pada hari Selasa (4/2). Langkah ini dilakukan setelah seorang pria Hong Kong yang berlayar dengan kapal pesiar itu pada bulan lalu dinyatakan positif menderita virus corona.

Pria berusia 80 tahun itu terbang ke Jepang dan naik ke kapal, the Diamond Princess, yang dijalankan oleh Carnival Japan Inc, di Yokohama pada 20 Januari dan turun di Hong Kong pada 25 Januari.

Foto-foto dan video yang diposting di Twitter oleh seorang penumpang dengan akun @daxa_tw menunjukkan, petugas kesehatan mengenakan jubah plastik panjang dengan topi putih dan masker wajah berjalan menyusuri koridor yang sepi serta pemandangan lounge yang kosong dan dek yang sepi.

Baca Juga: Menjangkiti 23 negara, ini mitos dan fakta virus corona yang mematikan...

Para tamu diminta untuk tinggal di kamar mereka untuk menunggu skrining. "Ini bisa memakan waktu, tapi itu perlu, jadi kami meminta pengertian dan kerja sama Anda," demikian bunyi sebuah pengumuman.

Menurut Menteri Kesehatan Katsunobu Kato kepada wartawan, Jepang juga bersiap untuk memperluas cakupan skrining untuk virus tersebut dan meningkatkan kriteria tes setelah tes awal gagal mendeteksi virus pada beberapa orang yang kemudian ditemukan terinfeksi.

Baca Juga: Amerika Serikat selesaikan beleid pengenaan bea bagi negara yang lemahkan mata uang

Partai-partai oposisi dan beberapa pakar telah mengkritik pemerintah karena merespons terlalu lambat terhadap risiko yang ditimbulkan oleh penyebaran virus di China dan di tempat lain.

Hasil survei menunjukkan, wisatawan China mewakili 30% dari total wisatawan yang bepergian ke Jepang dan hampir 40% dari total jumlah pengunjung asing yang ke Jepang pada tahun lalu.

Baca Juga: Waspada corona, Australia kaji kirimkan pesawat kedua untuk evakuasi warga dari Wuhan

Jepang memiliki 20 kasus virus corona yang dikonfirmasi. Sekitar 17 orang ini sempat berada di Wuhan, kota China tengah tempat epidemi dimulai.

Reuters juga menyebut, pada Sabtu lalu, Jepang mulai menolak orang asing yang telah berada di provinsi Hubei, di mana Wuhan berada, dalam 14 hari terakhir serta orang-orang dengan paspor yang dikeluarkan di provinsi Hubei untuk masuk ke Jepang. Pada 3 Februari kemarin, setidaknya ada delapan orang asing yang telah dilarang memasuki Jepang.

Hiroshi Nishiura, seorang profesor di Universitas Hokkaido Jepang yang berspesialisasi dalam pemodelan komputer penyakit menular, mengatakan akan sulit untuk mengendalikan penyebaran virus hanya dengan mengisolasi kasus karena tingginya tingkat penularan tanpa gejala.

Baca Juga: Generali punya produk perlindungan dari ancaman virus corona

"Kebijakan pemerintah Jepang yang sedang berlangsung adalah bentuk pencegahan. Tentu saja, pelarangan masuknya orang-orang dari Wuhan memiliki efektivitas yang sangat terbatas, mengingat bahwa epidemi berkembang di kota-kota lain," kata Nishiura dalam konferensi pers.

Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Australia, telah menolak masuk semua warga negara asing yang bepergian dari China.

Menteri Luar Negeri Jepang Yoshihide Suga mengatakan dia yakin pembatasan masuk warga asing ke Jepang saat ini adalah tindakan tepat.

Baca Juga: China berduka, korban tewas virus corona sudah menembus 400 jiwa

Carnival Japan, sebuah unit operator pelayaran Inggris-Amerika, Carnival Corp, mengkonfirmasi bahwa pergantian kapal telah ditunda sekitar 24 jam untuk memberikn waktu bagi pihak berwenang  meninjau kesehatan semua 2.666 tamu dan 1.045 awak di atas kapal.

Setelah kesehatan setiap orang diperiksa, mereka yang menderita demam atau yang merasa tidak sehat akan diuji, setelah itu pihak berwenang akan memutuskan apakah akan membiarkan orang meninggalkan kapal, kata Suga.

Baca Juga: Di Taiwan, flu babi lebih ditakuti ketimbang virus corona

Ditanya apakah epidemi akan mempengaruhi rencana kunjungan pemimpin China Xi Jinping yang diperkirakan akan terjadi pada bulan April, Suga mengatakan, persiapan untuk kunjungan itu berjalan sesuai rencana.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×