Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Jerome Powell dipastikan akan menjadi orang nomor satu di The Federal Reserve. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memutuskan memilih Powell untuk menggantikan Janet Yellen sebagai Gubernur Bank Sentral AS periode berikutnya. Yellen akan mengakhiri masa jabatannya pada awal Februari 2018.
Bloomberg melaporkan, Trump akan secara resmi mengumumkan penunjukkan Powell pada Kamis sore ini waktu AS. Selanjutnya Gedung Putih akan menyerahkan ke Senat AS untuk mendapatkan persetujuan.
Powell dikenal sebagai pendukung Yellen dalam penentuan suku bunga. Dus, keputusan Trump memilih Powell ini menunjukkan Gedung Putih ingin The Fed melanjutkan kenaikan suku bunga secara bertahap seperti era Yellen.
Di bawah kepemimpinan Yellen, The Fed telah empat kali menaikkan suku bunga yang dimulai pada akhir 2015. The Fed juga mengumumkan rencana menurunkan neraca yang kini menggelembung hingga US$ 4,5 triliun.
"Powell mewakili sedikit kelanjutan status quo," kata Gennadiy Goldberg, ahli strategi suku bunga di TD Securities. Menurutnya, Powell adalah kandidat sempurna untuk Trump.
Powell menyisihkan kandidat lain seperti Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gary Cohn, ekonom Stanford University John Taylor, dan mantan Gubernur Fed Kevin Warsh. Termasuk juga Yellen yang juga masuk daftar Trump untuk dinominasikan menjabat di periode kedua.
Powell merupakan salah satu anggota Dewan Gubernur The Fed periode sekarang. Di The Fed, Powell lebih banyak mengurusi soal peraturan keuangan. Ia dipilih Presiden Barack Obama masuk ke The Fed pada 2012.
Meski seorang Republikan, Powell bukanlah seorang yang pragmatis dan ideologis dalam menentukan kebijakan.
Uniknya, Powell akan menjadi Gubernur The Fed pertama sejak Paul Volcker pada 1980-an yang tanpa embel-embel gelar doktor di bidang ekonomi. Powell yang biasa disapa Jay ini adalah jebolan sekolah hukum. Kelak dia harus bekerja dengan lebih dari 300 doktor bidang ekonomi di The Fed untuk memutuskan bagaimana menanggapi inflasi dan menentukan arah bunga AS.
Ia memiliki pengalaman panjang di pemerintahan dan juga bisnis. "Jay adalah seseorang yang memiliki pengalaman baik dalam bisnis maupun pemerintahan dan juga memiliki latar belakang hukum. Itu kombinasi yang langka" kata pendiri Carlyle David Rubenstein.