Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
4. Apa yang dikatakan China?
Beijing terus mengklaim wilayah Taiwan, dan berjanji suatu saat nanti akan merebutnya, dengan paksa jika perlu. Di bawah komando Presiden Xi Jinping, hasrat itu kian menggebu, terutama sejak Tsai Ing-wen terpilih jadi Presiden Taiwan pada 2016, yang menolak sistem "Satu China" dan memandang Taiwan sebagai negara berdaulat secara de facto.
Tahun lalu Xi berpidato dengan nada yang sangat agresif, memperingatkan bahwa reunifikasi Taiwan dengan China daratan "tidak bisa dihindari". Latihan militer digencarkan. Jet tempur China kerap terbang ke zona pertahanan Taiwan.
Para nasionalis garis keras menyebut Xi tertekan, karena Partai Komunis China tertampar atas kemerdekaan Taiwan. Meski kampanyenya penuh tekanan, Tsai Ing-wen menang pemilu lagi dengan telah awal tahun ini, untuk mengemban periode kedua masa jabatannya.
5. Apa peran AS?
AS terikat dengan Kongres untuk mempersenjatai Taiwan guna mempertahankan diri. "Negeri Paman Sam" mengakui Beijing sebagai pusat pemerintahan China, tetapi tidak secara pasti mengakui status Taiwan, dengan mengatakan setiap perubahan harus dicapai dengan damai.
Baca juga: Masih khawatir dengan Iran, negara-negara Arab minta PBB lakukan ini
Sejak pertengahan 1990-an untuk mendekati China, AS berhati-hati menjual persenjataan besar ke Taiwan, yang membuat Taipei frustrasi. Namun kondisi itu berubah kala AS dipimpin Presiden Donald Trump.
Ia telah menyetujui sejumlah kesepakatan besar, termasuk 66 pesawat tempur F-16 generasi berikutnya, dan upgrade rudal Patriot di pulau itu. Taiwan juga menjadi salah satu isu yang menghasilkan dukungan bipartisan di era Trump, dengan dua UU baru-baru ini yang meningkatkan hubungan diplomatik kedua negara.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Walau Kalah Kuat, Taiwan Bisa Menang Perang Lawan China dengan Cara Ini",
Penulis : Aditya Jaya Iswara
Editor : Aditya Jaya Iswara